Menakar Kekuatan Capres-Cawapres di Kantong Kemenangan

Penetapan Nomor Urut Capres Cawapres, Selasa (14/11/2023)/tangkap layar, diana

ftnews.co.id, Jakarta — Tiga kontestan Pilpres 2024 secara resmi
sudah mengantongi nomor urut. Pasangan Anies Baswedan-Muhaimin
Iskandar/AMIN) mendapat nomor urut 1, Prabowo Subianto-Gibran
Rakabuming Raka nomor urut 2, dan pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud
MD nomor urut 3.

Ketiga peserta Pilpres 2024 tersebut akan mulai menggelar kampanye
sesuai Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) No. 15 Tahaun 2023
tentang Kampanye Pemilu mulai 28 November 2023-10 Februari 2024.

Pemanasan kampanye sebenarnya sudah dilakukan tiga kontestan
Pilpres 2024 sejak beberapa bulan lalu dengan melakukan pertemuan
yang dibalut dengan istilah Sarafi Politik, Jalan sehat, pengobatan gratis,
pembagian sembako gratis, dan banyak lagi. Intinya mereka kampanye,
selain memperkenalkan diri, juga mempromosikan program kerja
mereka.

Begitu juga mereka menghadiri sejumlah undangan dari berbagai
lembaga baik itu lembaga keagamaan, perguruan tinggi maupun talk
show di radio dan televisi, termasuk podcast.

Genderang perang sudah ditabuh. Mereka mulai memasang berbagai
strategi untuk memenangkan Pemilu 2024 mendatang. Tiga kontestan
dan tim kampanye pun mulai bergerak dan memperkuat konsolidasi ke
daerah-daerah yang menjadi kantong-kantong suara pemenangan
mereka.

Setidaknya ada beberapa daerah di Indonesia yang menjadi basis suara
mayoritas yang menjadi pijakan mendulang suara, yang konon menjadi
penentu kemenangan mayoritas peserta pilpres 2024. Bahkan, tiga
kontestan Pilpres juga yang harus mempertahankan basis suaranya agar
tidak beralih ke calon presiden lain.

Mengutip hasil survei Poltracking Indonesia yang menyebut ada lima
provinsi di Pulau Jawa yaitu DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah,
& Jawa Timur yang nantinya akan menjadi penentu kemenangan salah
satu kontestan Pilpres 2024. Dari lima provinsi tersebut, Jawa Tengah
menjadi kandang banteng alias basisnya PDI Perjuangan (PDIP).

Hasil survei Poltracking Indonesia pada 26 November – 2 Desember 2022 menunjukkan elektabilitas 3 Capres terkuat pada masing-masing provinsi.

Di DKI Jakarta, dalam simulasi 3 Capres terkuat, elektabilitas Anies Baswedan (49.6%), Ganjar Pranowo (27.5%), dan Prabowo Subianto (15.7%). Di Banten, dalam simulasi 3 Capres terkuat, elektabilitas Anies Baswedan (47.6%), Prabowo Subianto (28.5%), dan Ganjar Pranowo (16.1%).

Sementara Di Jawa Barat, dalam simulasi 3 Capres terkuat, elektabilitas Anies Baswedan (36.3%), Prabowo Subianto (30.8%), dan Ganjar Pranowo (18.7%). Di Jawa Tengah, dalam simulasi 3 Capres terkuat, elektabilitas Ganjar Pranowo (71.4%), Prabowo Subianto (10.8%), dan Anies Baswedan (9.0%). Di Jawa Timur, dalam simulasi 3 Capres terkuat, elektabilitas Ganjar Pranowo (36.1%), Prabowo Subianto (25.5%), dan Anies Baswedan (19.6%).

Survei Poltracking Indonesia juga melaporkan Di DKI Jakarta, elektabilitas PDI Perjuangan (20.1%), Partai NasDem (14.3%), PKS (12.4%), Partai Gerindra (9.3%), Partai Demokrat (9.0%), PAN (5.9%), Partai Golkar (5.2%), PPP (2.6%), PKB (2.4%), dan Partai Buruh (1.0%). Sementara di Banten, elektabilitas Partai Gerindra (17.6%), Partai NasDem (13.8%), Partai Golkar (13.3%), PDI Perjuangan (12.6%), Partai Demokrat (12.2%), PKS (8.2%), PAN (4.9%), PPP (3.5%), PKB (3.4%), dan Perindo (1.9%).

Di Jawa Barat, elektabilitas PDI Perjuangan (15.2%), Partai Golkar (14.2%), Partai Gerindra (12.9%), Partai NasDem (7.5%), PKB (6.9%), PKS (6.7%), Partai Demokrat (6.3%), PPP (4.8%), PAN (4.7%) dan Partai Buruh (2.2%). Sementara di Jawa Tengah, elektabilitas PDI Perjuangan (43.1%), PKB (13.3%), Partai Golkar (7.0%), Partai Gerindra (5.7%), PPP (4.6%), Partai Demokrat (3.1%), PKS (2.8%), Partai NasDem (2.4%), PAN (2.4%), dan Perindo (1.4%).

Terakhir, di Jawa Timur, elektabilitas PKB (21.6%), PDI Perjuangan (20.2%), Partai Gerindra (8.1%), Partai Golkar (7.6%), Partai NasDem (6.9%), Partai Demokrat (6.1%), PAN (4.9%), PPP (2.1%), Perindo (1.6%), dan PKS (1.3%).

Rebutan ‘kandang banteng’

Bagi PDIP Jawa Tengah jangan sampai lepas ke tangan paslon lain. Bagi
Ganjar Pranowo yang pernah menjawab Gubernur Jateng dua periode,
hafal betul sebagian besar pendukungnya. Namun dengan majunya
Gibran yang sudah dua tahun memimpin Solo suara banteng bisa saja
akan beralih. Setidaknya, di Solo dan sekitarnya.

Calon presiden Ganjar Pranowo seperti dikutip media menyatakan Jawa
Tengah masih menjadi ‘kandang banteng’ atau didominasi kader PDIP
dan bantengya masih solid meskipun Gibran Rakabuming Raka maju
sebagai Bacawapres Prabowo Subianto.

Kendati begitu, Gibran mengaku punya strategi dan jurus jitu untuk
menguasai kandang banteng. Gibran menyebut sudah punya mitigasi
khusus untuk pemenangan di Jawa Tengah. “Kami punya mitigasi khusus
di Jawa Tengah. Kami menyambangi tempat-tempat, bukan berdasarkan
basis,” jelas Gibran, Selasa (14/11/2023).

Berdasarkan data Litbang Kompas Pada Pemilu 2019, PDIP berhasil
menguasai 28 kabupaten kota dari 35 kabupaten kota di Jawa Tengah.
Lima kabupaten kota di Jawa Tengah juga berhasil masuk dalam 10
peringkat pengumpul suara terbanyak PDIP.

Perolehan suara PDIP di provinsi yang terletak di tengah Pulau Jawa ini
hampir mencapai 21 persen dari total suara nasional yang berhasil
dikumpulkan.

Hal ini terlihat dari kemenangan terus menerus dari pemilu sebelumnya
dan peningkatan perolehan suara. Pada Pemilu 2014 Partai yang
berlambang kepala banteng ini berhasil menarik suara 4,3 juta suara
yang terus meningkat di Pemilu 2019 menjadi 5,7 juta suara.

Kabupaten yang berhasil dimerahkan oleh PDIP pada pemilu 2019 yaitu
Kabupaten Jepara, Kudus, Kebumen, Kendal, dan Tegal. Kemenangan
tersebut hasil dari merebut kemenangan Gerindra, Golkar, dan PKB.

Lima kabupaten kota yang berhasil mengantongi suara terbanyak dan
masuk peringkat 10 besar perolehan suara PDIP yaitu kabupaten Brebes,
Kota Semarang, Kabupaten Banyumas, Wonogiri, dan Boyolali.

Pada Pemilu 2019 ini, PDIP di kabupaten Wonogiri berhasil mengantongi
54 persen suara, namun peroleh suara terbanyak adalah kabupaten
Brebes sebanyak 328 suara.

Partai Politik lain yang berhasil mengantongi kemenangan di kabupaten/kota di Jateng ini Partai Demokrat yang berhasil merebut dari
Gerindra di Banjarnegara. Sementara Partai Golkar menang di Cilacap
dan Batang, namun Partai Beringin ini kehilangan kemenangan di Kudus.

Partai Kebangkitan Bangsa harus menelan pil pahit dengan kehilangan
kemenangan di Batang, Kendal, dan Tegal, Namun masih menjadi juara
bertahan di Wonosobo, Pekalongan, dan Kota Pekalongan.

Partai Persatuan Pembangunan (PPP) bertahan di kabupaten Rembang
sejak Pemilu 2014, walau pada pemilu 1999, PDIP menang di kabupaten
yang dikenal juga sebagai daerah santri.

Sementara Jawa Timur yang menjadi basis Nahdlatul Ulama (NU) tidak lepas dari bancakan tiga peserta Pilpres. Arah dukungan NU turut menentukan pilihan warga Jawa Timur.

Meski seringkali NU tidak secara resmi mendukung salah satu pasangan dalam Pilpres, namun warga membaca keberpihakan para kyai NU dan menjadikannya salah satu pertimbangan dalam memilih.

Mengetahui kecenderungan tersebut, para calon pun berebut dukungan NU menjelang pemilu, baik dengan mengusung calon berlatar belakang NU atau mengunjungi para kyai NU untuk menunjukkan kedekatan, dengan harapan gerbong kyai NU akan ikut tergerak untuk mendukung calon tersebut.

Tarik menarik kantong-kantong atau basis partai poliltik ini sangat menarik. Terlebih lagi dari tiga pasangan calon presiden dan calon wakil presiden memiliki dukungan atau koalisi partai yang beragam dan memiliki basis pendukung masing-masing.

Siapa yang akan menjadi pemenang Pilpres 2024. Tentu sangat ditentukan pilihan masyarakat. Terutama bagaimana strategi tiga paslon yang mau di Pilpres mampu menggaet calon pemilih dengan program-program yang dijanjikan, yang tidak sekadar janji manis, tapi yang benar-benar membumi dan dapat dirasakan masyarakat.***

Tutup