Beranda Berita Terkini Tak Nyaman Lagi, Jokowi Beri Sinyal Merapat ke Golkar?

Tak Nyaman Lagi, Jokowi Beri Sinyal Merapat ke Golkar?

Presiden Joko Widodo/foto: tangkap layar twitter jokowi

FTNews, Jakarta — Presiden Joko Widodo dikabarkan sudah memberi sinyal akan merapat ke Partai Golkar? Sinyal itu ditunjukan orang nomor satu di negeri ini dengan dasi yang dipakai tidak dengan warna biasanya, kuning.

Pengamat Komunikasi Politik Universitas Pelita Harapan (UPH) Dr. Emrus Sihombing berpendapat, publik jangan terburu-buru menilai bahwa Presiden Jokowi memberi sinyal akan merapat ke Partai Golkar ? Harus dipastikan dulu kebenarannya.

“Seringkali seseorang menggunakan simbol nonverbal untuk menggambarkan suasana hatinya. Misalnya seseorang tiba-tiba menggunakan pakaian warna cerah, padahal kebiasaannya menggunakan warna gelap,” ujar Emrus saat dihubungi FTNews terkait dasi warna kuning yang dipakai Presiden Jokoi baru-baru ini, Sabtu (23/12/2023).

Doktor komunikasi politik lulusan Universitas Padjadjaaran (Unpad) Bandung itu menyebutkan dasi warna kuning yang tidak biasanya dipakai Presiden Jokowi bisa saja dimaknai suasana hati tertentu.

“Pertanyaannya apakah pa Jokowi memberi sinyal seperti sinyalemen yang berkembang merapat ke partai tertentu yang berwarna kuning? Seperti anaknya Gibran Rakabuming? Yang jelas selama ini pak Jokowi selalu memakai dasi berwarna merah. Harus dicermati lagi,” ujarnya.

Memang, lanjut Emrus, terkadang seseoang terbawa suasana hatinya dalam menggunakan pakaian atau pernak-pernik pakaian pendukungnya.

Emrus juga mengakui komunikasi antara pa Jokowi dengan Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto selama ini seperti lurus-lurus saja. Pernyataan Airlangga pun sejalan.

“Apakah ini menunjukan kedekatan pa Jokowi dengan partai Golkar. Saya tidak bisa menilai seperti itu,” kata Emrus.

Kalaupun di kemudian hari pa Jokowi akhirnya merapat ke Golkar, kata Emrus, ya wajar-wajar saja. Berarti beliau harus mengembalikan KTA (kartu tanda anggota) dari PDI Perjuangan.

Sebab, aturan AD/ART-nya begitu, seperti Gibran dan Bobby Nasution yang mundur dari PDI Perjuangan, mereka harus mengembalikan KTA.

Seperti diketahui Bobby Nasution, Walikota Medan yang juga anak menantu Presiden Jokowi mundur dari PDIP menyusul dirinya mendukung Gibran menjadi calon wakil presiden mendampingi calon presiden Prabowo Subianto. Sementara Gibran, Walikota Solo itu mundur karena menjadi cawapres Prabowo.

Komunikolog Indonesia ini mengatakan, kalau pak Jokowi merapat ke Golkar, ada beberapa kemungkinan jabatan yang bisa diberikan Golkar, misalnya menjadi dewan pembina, dewan pertimbangan, dewan kehormatan, bahkan mungkin ketua umum partai.

Emrus menilai seorang kader suatu partai kemudian pindah ke partai lain, bisa disebut politisi pragmatis bukan idiologis.

“Apalagi, pak Jokowi yang semula mendukung Ganjar Pranowo, bahkan jauh-jauh sebelum nama Ganjar dicalonkan menjadi calon presiden yang diusung PDIP, pak Jokowi sering memberi sinyal calon presiden dari PDIP rambutnya putih,” ujar Emrus.

Menurut dia, belakangan makin jelas sikap Jokowi terhadap partai yang membesarkannya ternyata tidak tegak lurus. Sebab, ternyata diam-dia pak Jokowi mencalonkan putra sulungnya menjadi cawapres
mendampingi capres Prabowo Subianto.

Dari gelagat sebelumnya, kata Emrus, pak Jokowi mulai kelihatan berbeda dengan aturan partai. Karenanya, sulit bila seorang kepala negara bilang netral tidak mendukung salah satu paslon, sementara putra sulung menjadi kontestan dalam kontestasi pilpres 2024.

Terlapas benar tidaknya, kata Emrus, pak Jokowi hengkang dari PDIP. Dapat dilihat dari sisa masa tugasnya menjadi Presiden hingga Oktober 2024.

“Apakah penggunaan dasi warna kuning dari sebelumnya selalu dasi warna merah. Setidaknya warna tersebut menunjukan satu perlawanan terhadap elite politik di PDIP,” ujarnya.***

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini