Survei Denny JA: Prabowo di Puncak Popularitas, Kesukaan terhadapnya Capai 90,5%
FTNews, Jakarta— Setelah bertahun-tahun menunggu, Prabowo Subianto kini memegang palu dan pahat nasib bangsa. Selama 15 tahun terakhir, sejak 2009, LSI Denny JA terus memantau perjalanan politik Prabowo.
Namun baru sekarang, pada 2024, popularitasnya mencapai puncak tertinggi. Popularitas di sini bukan sekadar soal pengenalan publik, melainkan kesukaan, favorabilitas.
Pertanyaan: berapa lama kesukaan ini akan bertahan? Mampukah Prabowo memanfaatkan dukungan yang melimpah ini untuk benar-benar mengubah wajah Indonesia? Ataukah tingkat kesukaan ini akan hanyut dalam derasnya tantangan yang akan datang?
Ardian Sopa, Direktur Sigi LSI Denny Temuan survei LSI Denny JA menjelaskan, kesukaan terhadap Prabowo di tingkat yang premium yaitu mencapai 90.5%. Mereka yang suka dengan karakter personal Prabowo naik dari 83.5% di Januari 2023, dan 82.7% di Juli 2023.
Tingginya angka kesukaan ini tak hanya mencerminkan kecintaan dan harapan, namun juga sekaligus tantangan. “Inilah temuan pertama dari survei LSI Denny JA pada Oktober 2024 ini,” tambah Ardian Sopa.
Temuan kedua, bahkan jika Pilpres dilaksanakan saat survei dilakukan (Oktober 2024) dengan simulasi pasangan Pilpres 2024, dukungan terhadap Prabowo-Gibran mencapai 69.1%.
Dukungan ini lebih tinggi dibandingkan hasil Pilpres Februari 2024, delapan bulan sebelumnya. Saat itu Prabowo-Gibran hanya didukung oleh 58.6%.
Lonjakan dukungan pada Prabowo-Gibran tak lain berarti lonjakan harapan publik pada mereka.
Untuk diketahui, LSI Denny JA melakukan survei nasional pada tanggal 26 September – 03 Oktober 2024 di semua provinsi di Indonesia, dengan wawancara tatap muka (face-to-face interview) menggunakan kuesioner terhadap 1200 responden.
Margin of error (MoE) survei ini sebesar +/- 2.9%. Selain survei, LSI Denny JA juga menggunakan riset kualitatif berupa indepth interview, FGD, dan analisis media untuk memperkuat analisa.
Mengapa Prabowo Makin Disukai?
LSI Denny JA menemukan ada 3 (tiga) alasan yang menyebabkan kenaikan kesukaan Prabowo:
Pertama, karena karakter Prabowo yang dikenal sebagai tipe coalition builder. Pasca pilpres, saat penetapan capres-cawapres terpilih di kantor KPU, Prabowo berpidato mengajak semua pihak untuk bersatu. “Kini kontestasi telah usai, saatnya kita bersatu,” ujar Prabowo.
Karakter Prabowo sebagai tipe coalition builder sudah dikenal lama. Ketika kalah pada pilpres 2019, Prabowo bersedia diajak masuk membantu pemerintahan Jokowi.
Hal ini juga terlihat dari upaya Prabowo merangkul semua pihak termasuk yang berlawanan dengannya pada pilpres 2024 untuk masuk dalam kabinetnya. Prabowo menjadikan lawan menjadi kawan. Dan kawan menjadi pendukung utama.
Karakter personal Prabowo yang merangkul banyak pihak disenangi oleh mayoritas publik yang mengutamakan kebersamaan dan kerukunan.
Prabowo menjadi lautan yang tidak membedakan kapal yang melintasinya. Ia merangkul baik kawan maupun lawan dengan ajakan mencari titik persamaan.
Kepemimpinannya tidak menghempas mereka yang berbeda, melainkan membawa mereka masuk ke dalam arus yang sama.
Mereka yang pernah menentang akhirnya menemukan tempat di dalam barisannya, tidak lagi sebagai musuh, tetapi sebagai bagian dari harmoni besar yang ia ciptakan.
Kedua, Prabowo menerapkan prinsip satu musuh terlalu banyak, 1000 (seribu) kawan terlalu sedikit. Dalam sejumlah pernyataan publik, Prabowo sering kali mengatakan jika dicemooh, balas dengan kebaikan. Jika ada di posisi atas, selalu ingat yang ada di bawah.
Tak hanya ucapan, selama kampanye pilpres 2024, Prabowo juga terlihat menghindari sikap menyerang lawan secara terbuka, tak emosional jika dikritik, membalas cemoohan dengan senyuman, dan lebih riang gembira.
Sikap ini terbukti membantu mengubah image Prabowo, dan meningkatkan kesukaan pemilih.
Seperti perahu di lautan luas, ia mengerti bahwa satu ombak besar dapat mengguncang kapal. Namun seribu tangan yang bekerja bersama dapat membawa kapal ke pantai dengan selamat.
Ketiga, era bulan madu. Setiap pemimpin di awal pemerintahannya selalu berada di fase bulan madu dengan rakyatnya.
Masa awal pemerintahan hingga 100 hari selalu pada titik ini, ada bonus kecintaan dan ekspektasi menjulang tinggi.
Ujian dan tantangannya pun makin besar. Masa hidup era bulan madu, cepat atau lambatnya fase ini akan tergantung pada impresi personal dan performa kebijakan dalam 100 hari atau 1 tahun pertama.***