Beranda Berita Terkini ‘Serangan Fajar’ dan Demokrasi ‘Nomor Piro Wani Piro’

‘Serangan Fajar’ dan Demokrasi ‘Nomor Piro Wani Piro’

Ilustrasi rupiah/foto: istimewa

FTNews, Banjarnegara– Ketua MPR Bambang Soesatyo kembali mengingatkan masyarakat agar tidak terpapar golong pencari uang tunai alias money politic. Di sisi lain ia juga mengajak masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya pada Pemilu 2024 mendatang. Jangan Golput!

Menurut Bambang, ada dua Golput. Yakni, Golongan Putih yang tidak ikut memilih pada Pemilu dan Golongan Pencari Uang Tunai (mereka yang mengharapkan money politic atau serangan fajar).

Terkait Golongan Pencari Uang Tunai, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pernah melakukan survei. Hasilnya, LIPI menemukan sebanyak 40 responden mengaku menerima uang dari para peserta Pemilu 2019 tetapi tidak mempertimbangkan untuk memilih mereka (pemberi uang).

Sedang 37 persen lainnya, mengaku, menerima uang dan mempertimbangkan memilih si pemberi uang.

Pada Pemilu 2019 lalu, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam salah satu surveinya menemukan bahwa 40 persen responden mengakui menerima uang dari para peserta Pemilu 2019 tetapi tidak mempertimbangkan untuk tetap memilih mereka. Sementara 37 persen lainnya mengaku menerima pemberian uang dan mempertimbangkan si pemberi untuk dipilih.

Menghadapi Pemilu 2024, paparnya, Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu),  meluncurkan Indeks Kerawanan Pemilu dan Pemilihan (IKP) tematik mengenai isu politik uang. Di dalamnya menempatkan politik uang sebagai salah satu dari lima kasus terbesar dalam isu kerawanan Pemilu.

“Politik uang sangat berbahaya bukan hanya bagi perkembangan demokrasi melainkan juga bagi perkembangan mental, akhlak, dan karakter bangsa. Politik uang juga dapat menjadikan demokrasi Indonesia bukan menjadi demokrasi Pancasila, melainkan menjadi demokrasi NPWP’ (Nomor Piro Wani Piro).

“Jangan sampai mereka yang terpilih dalam Pemilu bukan karena integritas, kredibilitas, maupun popularitas, melainkan karena ‘isi tas’. Peran aktif masyarakat sangat dibutuhkan untuk mencegah hal ini,” ujar Bamsoet.

Di bagian lain, Bamsoet, begitu namanya kerap disebut, berbicara soal Golput atau orang yang tidak ikut memilih pada Pemilu. Ia lantas mengungkapkan temuan Badan Pusat Statistik (BPS). Disebutkan bahwa pada Pemilu 2019, terdapat sekitar 34,75 juta pemilih atau sekitar 18,02 persen dari total pemilih terdaftar yang tidak menggunakan hak pilihnya.

“Angka tersebut sudah menurun dari Pemilu 2014, yang mencapai 58,61 juta pemilih atau sekitar 30,22 persen dari total pemilih terdaftar,” ucap Bamsoet, begitu ia kerap disebut.

Bamsoet menyebut suara setiap orang menentukan Nasib Indonesia di masa depan. Karenanya ia mengajak semua warga menggunakan hak pilihnya dengan bijak. “Jangan menjadi Golput, karena satu suara sangat menentukan nasib Indonesia di masa depan,” tegasnya.***

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini