Beranda Berita Terkini Prabowo: Buat Apa Jadi Presiden Kalau Negeri tidak Stabil

Prabowo: Buat Apa Jadi Presiden Kalau Negeri tidak Stabil

Foto: instagram Prabowo

ftnews.co.id, Jakarta -  Menteri Pertahanan (Menhan)  yang juga calon presiden dari Koaliasi Indonesia Maju, Prabowo Subianto mengungkapkan bahwa seluruh elit di Indonesia perlu bekerja bersama. Prabowo berpendapat untuk apa dirinya menjadi pemimpin jika situasi dalam negeri tidak stabil.

Demikian  disampaikan  Prabowo ketika  memberikan sambutan  pada  acara Rakernas Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII)  di Jakarta Timur, Selasa (7/11).

Prabowo menyatakan bahwa rakyat Indonesia membutuhkan kesatuan dan kerja sama dari semua elit, meskipun hal tersebut mungkin sulit dilakukan.

“Rakyat kita memerlukan kesatuan dan kerja sama dari semua elit. Terkadang, hal ini sulit dilakukan karena sifat manusia, tetapi itulah yang diharapkan oleh seluruh rakyat kita,” ungkap Prabowo.

Prabowo juga mengingatkan agar elit tidak terlalu terpaku pada pandangan yang sempit. Ia menekankan bahwa Indonesia adalah sebuah negara yang kaya dengan ambisi yang beragam.

“Jangan sampai elit memiliki pemikiran yang terlalu terbatas. Mereka harus memahami bahwa Indonesia adalah sebuah bangsa yang kaya, dan setiap orang memiliki ambisinya sendiri,” tambah Prabowo.

Lebih lanjut, Prabowo menyatakan bahwa ia tidak ingin menjadi presiden jika Indonesia dipenuhi dengan kerusuhan, kegaduhan, dan kekerasan. Oleh karena itu, ia berpendapat bahwa Indonesia harus diperkuat oleh persatuan dan persaudaraan.

“Namun, pada saat itu, saya berpikir, apa gunanya menjadi presiden jika negara kita dipenuhi oleh kekacauan dan kekerasan. Saya tidak ingin itu terjadi,” ujarnya.

Prabowo mengungkapkan bahwa ia selalu mempraktikkan persuasi melalui diskusi, meskipun hal ini bisa melelahkan. Menurutnya, memberikan pendapat dan berbicara lebih baik daripada bertengkar.

Menurut Prabowo, dengan menjaga hubungan yang baik, persaudaraan, dan persuasi melalui bicara, ia  meyakini bahwa memberikan argumen, data, dan pandangan, serta memberikan pendapat adalah jauh lebih baik daripada konflik fisik.

“Para ulama adalah yang paling memahami ini,  karena  merupakan ajaran dari para ulama. Kita seharusnya berupaya untuk menciptakan perubahan dan perbaikan melalui kata-kata, meyakinkan, dan memengaruhi,” tambahnya.*

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini