Pemilu 2024: Golkar Menang Banyak, Kenapa Gerindra tidak? Ini Penjelasannya!

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dan Gibran Rakabuming Raka/foto: instagram Partai Golkar

FTNews, Jakarta— Naiknya perolehan suara Partai Golkar dalam Pemilu Legislatif 2024 menjadi sorotan banyak pihak. Kenaikan signifikan bahkan di luar prediksi kebanyakan Lembaga survey.

Sebelum Pemilu, umumnya Lembaga survey menempatkan Gerindra di nomor dua di bawah PDI Perjuangan, bahkan ada juga yang memposisikan juara satu alias mengalahkan PDI Perjuangan. Sementara Golkar hanya diurutan ketiga.

Tapi setelah Pemilu, seiring perhitungan suara, Golkar melesat, menggeser Gerindra, bahkan selisih tipis dengan PDI Perjuangan.

Berdasarkan real count Komisi Pemilihan Umum untuk Pemilu Legislatif, Selasa (5/3/2024) PDI Perjuangan meraih 16,39 persen, Golkar 15,05 persen, Gerindra 13,3 persen, PAN 6,95 persen dan PSI 3,13 persen . Total suara yang sudah masuk 65,89 persen.

Menurut Konsultan Politik Denny Januar Ali, naiknya dukungan kepada Golkar di Pileg 2024 lebih tinggi dibandingkan naiknya Gerindra. Ini sebuah kenyataan yang juga tak biasa.

“Mengapa Partai Gerindra tak banyak mendapatkan efek dari Prabowo? Bukankah Prabowo itu sangat berjaya, dan Gerindra adalah partainya Prabowo sendiri,” ujar pendiri Lingkaran Survei Indonesia ini dengan nada bertanya.

Jawabannya, jelas Denny,  manuver para Caleg, calon legislatif di tingkat nasional. Pada seminggu terakhir sebelum hari pencoblosan 14 Februari 2024, permainan para Caleg Golkar, jauh lebih yahud, lebih canggih, lebih efektif. Itu karena mereka lebih berpengalaman.

Akibatnya memang efek Jokowi ini jauh lebih banyak didapat oleh Golkar melampaui efek Prabowo yang didapatkan oleh Gerindra.

Lalu Denny pun memaparkan kenapa sebuah partai politik dipilih oleh warga? Apa motif warga memilih partai itu?

Ada dua penyebab, kata Denny.

Pertama adalah identitas partai dalam kaitannya dengan pengalaman pribadi warga. Baik Golkar, Gerindra, PDIP sudah memiliki komunitas militannya sendiri. Hadir Party’s ID (Party Identification). Sejak lama warga itu memilih partai yang sama.

Tapi temuan survei LSI Denny JA, 30% dukungan untuk partai itu disumbangkan oleh para Calegnya. Warga memilih partai bukan hanya karena daya tarik partai. Sebagian juga itu karena hadirnya Caleg yang kuat pesonanya, kuat geraknya, kuat manuver dan mobilisasinya.

Sering terjadi dalam survei, untuk pertanyaan partai mana yang dipilih? Acapkali Gerindra melampaui Golkar. Tapi hasil akhirnya Golkar justru melampaui Gerindra.

“Mengapa? Ini karena peran Caleg. Umumnya Caleg Golkar ini ternyata lebih lihai, lebih berpengalaman, dan memiliki jam terbang lebih tinggi untuk merebut dukungan pemilih,” ucapnya.

Jika waktu itu Kaesang terpilih sebagai Ketum PSI lebih awal,  ujarnya, mungkin lebih banyak Caleg yang datang ke PSI yang lebih memiliki jam terbang. Sehingga para Caleg ini akan jauh lebih menyumbangkan suara kepada PSI.

“Kini sumbangan suara PSI datang dari Kaesang karena bekerjanya efek Jokowi. Tapi itu tak maksimal. Para Caleg PSI dikalahkan oleh para Caleg Golkar dalam memainkan ‘Jokowi effect’,” pungkasnya.***

 

Tutup