Menimbang Untung Rugi Jadi Partai Oposisi Pasca Pilpres 2024
Ftnews.co.id, Jakarta — Suhu politik di Indonesia kini semakin panas pasca penetapan Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden (cawapres) mendampingi capres Prabowo Subianto oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 13 November 2023.
Terlebih lagi bagi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), yang ditinggalkan Joko Widodo dan anaknya Gibran dan anak menantunya Bobby Nasution. Tentu saja bagai api dalam sekam.
Sebab, baik Joko Widodo, Gibran dan Bobby, masing-masing bisa menjadi Presiden dua periode, Gibran jadi Wali kota Solo dan Bobby terpilih menjadi Wali Kota Medan atas dukungan kuat PDIP.
Kini keluarga ini meninggalkan PDIP. Betapa tidak? Seperti diketahui Jokowi yang awalnya mendukung Ganjar Pranowo menjadi bakal calon presiden di Pilpres 2024, justeru berpaling dan mendukung Prabowo Subianto.
Bahkan, diam-diam mendukung Gibran menjadi calon wakil presiden mendampini Prabowo Subianto. Begitu juga Bobby yang belakangan menolak menjadi jurkam Ganjar-Mahfud karena ternyata mendukung pasangan Prabowo-Gibran.
Pertanyaannya dari tiga pasangan kontestasi Pilpres 2024, Anies-Cak Imin, Prabowo-Gibran dan Ganjar-Mahfud siapa yang akan menjadi pemenangnya menjadi pemimpin masa depan Indonesia?
Jawabnya, tentu tunggu penghitungan suara pasca Pilpres 14 Februari 2024. Itu pun kalan pilpres hanya satu putaran. Bagaimana kalau dua putaran, yang menurut sebagian pihak hanya satu putaran. Ya satu putaran, itu pun diamini oleh tiga kontestasi mereka meyakini satu putaran. Benarkah? Kita tunggu nanti pada waktunya.
Kalau melihat hasil survei lembaga-lembaga survei nasional, yanag sudah murai marak sejak Agustus 2023 hingga November 2023, hasilnya sangat beragam. Namun muaranya satu yaitu dari beberapa hasil survei tersebut pemenangnya yang mencapai elektabilitas tertinggi jatuh kepada pasangan Prabowo-Gibran, disusul Ganjar-Mahfud dan Anies-Cak Imin.
Hasil survei
Berikut hasil terbaru dari tiga lembaga survei:
Hasil survei Poltracking melakukan survei nasional terbaru pada 28 Oktober hingga 3 November 2023, atas pertanyaan siapa pasangan capres-cawapres yang akan dipilih jika pilpres dilakukan sekarang.
Hasilnya, Prabowo-Gibran mendapatkan 40,2% suara. Ganjar-Mahfud menyusul dengan 30,1% suara. Kemudian Anies-Imin menerima 24,4% suara. Sementara itu, 5,3% responden masih tidak tahu atau tidak menjawab.
Survei nasional yang dilakukan Charta pada 26-31 Oktober 2023, yang menanyakan kepada responden siapa pasangan yang akan dipilih apabila pilpres diadakan sekarang.
Hasilnya, dalam simulasi tiga pasangan, Ganjar-Mahfud (36,8%) menjadi pilihan utama. Prabowo-Gibran (34,7%) mengikuti diperingkat kedua, lalu Anies (24,%) diperingkat ketiga.
Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya mengatakan, hasil lebih menarik dilihat dalam simulasi dua pasangan. Pertama, Ganjar-Mahfud (45,5%) akan unggul apabila melawan Anies-Imin (34,4%).
Kedua, Prabowo-Gibran (50,3%) akan cukup telak apabila melawan Anies-Imin (29%). Ketiga, Prabowo-Gibran (43,5%) unggul tipis apabila melawan Ganjar-Mahfud (40,6%).
Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang melakukan survei nasional terbaru pada 16-18 November 2023. Dalam simulasi tiga pasangan capres-cawapres. Hasilnya, pasangan Prabowo-Gibran berada di peringkat pertama dengan 35,9 persen suara.
Survei LSI juga menyebut pasangan Ganjar-Mahfud mengikuti dengan 26,1 persen. Meskipun ada indikasi lebih banyak responden tidak setuju terkait pencawapresan Gibran, faktanya elektabilitas Prabowo tetap mengungguli paslon lainnya.
Sementara itu, Manager Public Opinion Populi Center Hartanto Rosojat menyebut dari survei yang dilakukan pada 29 Oktober-5 November 2023 terhadap 1.200 responden menyebut 43,1 persen publik memilih pasangan Prabowo-Gibran. Disusul urutan kedua Ganjar-Mahfud 23 persen, dan urutan ketiga Anies-Muhaimin sebesar 22,3 persen.
Partai atau Koalisi Oposisi
Tentu saja itu hitung-hitungan di atas, realiatasnya belum tentu relate. Meski begitu, kalau angka-angka hasil sejumlah lembaga survei tersebut menjadi kenyataan. Sudah pasti tiga koalisi dari tiga pasangan capres-cawapres akan kembali berhitung.
Politik sebagaimana teorinya salah satu cara untuk mencapai tujuan. Di Indonesia, Pilpres menjadi pertaruhan besar. Salah satu selain memilih presiden dan wakil presiden. Tentu partai mendukung berharap menjadi bagian dari kabinetnya.
Sudah pasti, dari para petinggi partai pengusung atau koalisi pemenang ada yang duduk dijajaran kabinet menjadi menteri atau setingkat menteri. Sementara koalisi yang kalah sangat tergantung kepada koalisi partai pemenang.
Di Indonesia, partai-partai yang kalah pun biasanya mendapat jatah menteri tentu jumlahnya tidak proporsional. Namun disisi lain ada partai yang memilih untuk menjadi oposisi pemerintah.
Nah, jika Prabowo-Gibran yang terpilih menjadi Presiden-Wakil Presiden. Siapa kah partai-partai yang akan merapat ke Koalisi Indonesia Maju. Kalau saja Koalisi Perubahan yang mendukung Anies-Cak Imin merapat ke Prabowo-Gibran, apakah Koalisi Ganjar-Mahfud yaitu PDIP, PPP, Hanura dan Perindo akan menjadi partai oposisi?
Sebaliknya, jika nanti Anies-Cak Imin yang justeru terpilih menjadi Presiden-Wakil Presiden, apakah KIM akan merapat ke Anies-Cak Imin, dan Koalisi Ganjar-Mahfud menjadi partai Oposisi seperti PDIP yang menjadi partai oposisi saat negeri ini dipimpin Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY)?
Namun mungkinkan jika Anies-Cak Imin terpilih menjadi Presiden-Wakil Presiden mendatang, jsuteru koalisi Ganjar-Mahfud merapat ke Anies-Cak Imin, sementara KIM menjadi oposisi. Kemungkinan-kemungkinan tersebut bisa saja terjadi. Kita tunggu saja tanggal mainnya.*
Warning: Undefined variable $args in /www/wwwroot/pemilunesia.com/wp-content/themes/umparanwp/widget/widget-related.php on line 47