Beranda Berita Terkini Mengapa Gibran Menang Debat Cawapres? Ini Penjelasan Konsultan Politik

Mengapa Gibran Menang Debat Cawapres? Ini Penjelasan Konsultan Politik

Denny Januar Ali, Konsultan Politik dan pendiri LSI/foto: tangkap layar

FTNews, Jakarta— Debat Calon Wakil Presiden yang digelar Komisi Pemilihan Umum semalam mendapat respon beragam. Cawapres Gibran Rakabuming Raka yang semula dianggap sepele oleh sebagian orang, justru tampil cemerlang. Bahkan memenangkan Debat melawan Muhaimin Iskandar dan Mahfud Md.

Konsultan Politik yang juga pendiri Lingkaran Survei Indonesia, Denny Januar Ali juga ikut berkomentar. “Satu  malam yang mengubah arah angin,” ucap Denny mengawali keterangan tertulisnya terkait Debat Cawapres, Sabtu (23/12/2023).

“Ini mungkin metafor yang tepat menggambarkan hasil debat calon wakil presiden semalam,  antara Gibran melawan Cak Imin  melawan Mahfud Md,” tambahnya.

Menurutnya, sebelum debat dimulai, Gibran dipandang sebelah mata. Betapa ia menjadi underdog.  Namun setelah debat selesai,  arah opini publik pun berubah. Gibran dianggap lebih menguasai panggung perdebatan. Apa  yang terjadi?

Bagaimanakah sebenarnya menang dan kalah dalam debat Capres/Cawapres ini dinilai? Variabel  apa yang umumnya dijadikan kriteria?

Denny pun memaparkan tentang perdebatan calon presiden pertama dalam sejarah di televisi.  Itu terjadi antara Richard Nixon melawan John F Kennedy dalam Pemilu presiden Amerika Serikat tahun 1960.

Bagi  yang mendengar debat ini hanya dari radio, umumnya mengatakan Nixon yang menang. Tapi  bagi yang menonton debat di televisi, mayoritas menyatakan sebaliknya: Kennedy lah yang menang.

Mengapa berbeda penilaian pemenang debat antara yang mendengar di radio, dan yang menonton di televisi?

Jika warga mendengar  hanya dari radio, penguasaan isu dan kematangan materi masing masing Capres yang lebih terdengar. Namun warga yang melihat di televisi, melihat sosok fisik sang Capres, mimik wajahnya, gesture tubuhnya, aura gaya komunikasi.

Yang menonton debat di televisi, riset menunjukkan, 40 persen publik secara agregat (menyeluruh) menilai lebih pada penguasaan materi sang Capres. Sedangkan 60 persen publik menilai lebih pada gaya komunikasi sang Capres.

Maka kita bisa mengembangkan tiga variabel untuk menilai debat Capres- Cawapres sini. Pertama, penguasaan materi.  Kedua, gaya komunikasi. Ketiga,  isu yang lain lagi: sentimen atau harapan sebelum debat atas Cawapres yang bersangkutan.

Dari sisi  penguasaan materi,  Gibran diuntungkan oleh topik ekonomi yang memang dikuasainya. Sementara  Mahfud atau Muhaimin tak dikenal berkecimpung lama di dunia ekonomi.

Dengan  sendirinya, Gibran nampak menguasai lebih banyak terminologi, data, dan keluasan analisa. Itu terlihat ketika ia membahas soal hilirisasi dari nikel.

Terasa Gibran lebih fasih bicara teknis dan detail isu ekonomi itu, dibandingkan Mahfud dan Muhaimin.

Kedua, dari sisi gaya komunikasi. Satu isu penting yang nampak kasat mata adalah Time Management, pengaturan waktu penyampaian pesan.

Juga terlihat, Gibran lebih tertata bicara sesuai alokasi waktu yang disediakan. Sehingga terasa, sang Cawapres tuntas menyampaikan pesannya dalam tempo dua menit, atau satu menit.

Ini paling terlihat di awal perdebatan. Mengapa? Itu karena Gibran sudah memiliki pengalaman debat di Pilkada Solo 2020.  Ia sudah punya pengalaman mengelola waktu dalam menyampaikan pesan.

Semetara bagi Muhaimin  dan Mahfud, pola debat yang dipaket dalam durasi dua menit, dan satu menit, ini pengalaman pertama. Mereka misalnya belum pernah berdebat sebagai peserta kandidat Pilkada.

Baik Mahfud atau Muhaimin terasa membutuhkan adaptasi di awal perdebatan. Belum tuntas mereka menyampaikan pesan utuh, tiba-tiba bel berbunyi.

Yang tak kalah penting adalah sentimen dan prakiraan publik atas kemampuan Cawapres sebelum Debat Cawapres terjadi. Gibran justru diuntungkan karena  ia dianggap anak bawang, Si Bocil, underdog, tak kompeten dan hal-hal negatif lain.

Ketika sedikit saja Gibran dalam panggung debat itu di atas underdog, itu segera menambah nilai Gibran. Dan Gibran malam itu memang lebih mempesona dari yang diduga.

Sebelum Debat Cawapres dimulai,  Prabowo dan Gibran sudah unggul di berbagai lembaga survei. Bahkan itu keunggulan telak, dengan selisih sekitar 16%-20% terhadap kedua kompetitornya.

Lewat debat cawapres semalam, penampilan Gibran memperkokoh keunggulan. Debat itu justru menjadi panggung yang  mengurangi keraguan publik atas kapasitas Gibran. ***

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini