Ketua MPR Ajak Beri Dukungan pada MK Memutus Perkara PHPU dengan Seadil-adilnya
FTNews, Jakarta—Ketua MPR Bambang Soesatyo mengajak semua pihak untuk memberi dukungan moril pada para hakim Mahkamah Konstitusi untuk mengadili dan memutus perkara PHPU (Perselisihan Hasil Pemilu) dengan sejujurnya dan seadil-adilnya.
“Terhadap perselisihan Pemilu 2024, mari kita berikan dukungan moril kepada para hakim Mahkamah Konstitusi untuk mengadili dan memutus perselisihan hasil Pemilu dengan sejujur-jujurnya dan seadil-adilnya,” ujar Bamsoet, Rabu (10/4/2024).
Menurutnya, terlalu mahal harga yang harus dibayar jika perbedaan politik dalam Pemilu malah mengorbankan persatuan dan kesatuan bangsa. Apalagi sampai mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ia mengatakan, pentingnya menjadikan momen Idul Fitri sebagai perekat silaturahmi kebangsaan. Terlebih saat ini bangsa Indonesia sedang mengalami transisi dari hasil penyelenggaraan Pemilu 2024 menuju pemerintahan baru 2024-2029 di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto yang akan menggantikan Presiden Joko Widodo.
“Melalui momen Idul Fitri dan halal bihalal, mari kita kembali membangun kebersamaan sekaligus memperkuat persaudaraan,” tambahnya.
Seperti para tokoh lainnya, Bamsoet juga menggelar ‘open house’ di rumahnya pada petayaan Idulfitri hari pertama, (10/4). Tampak sejumah tokoh hadir di antaranya; Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua TKN Prabowo-Gibran, Rosan Roslani, TPN Ganjar Pranowo-Mahfud Md, Arsjad Rasjid, para pengurus, kader, dan anggota Partai Golkar, keluarga besar IMI dan PB KODRAT, HIPMI, Pemuda Pancasila, SOKSI, FKPPI, dan berbagai organisasi kemasyarakatan maupun organisasi profesi lainnya, juga para duta besar dari berbagai negara sahabat.
“Halal bihalal merupakan salah satu tradisi keagamaan umat Islam Indonesia yang jarang dijumpai di negara-negara lainnya. Sebagai khasanah budaya, tradisi halal bihalal telah menjadi milik bangsa Indonesia. Mari manfaatkan momen halal bihalal ini untuk saling memaafkan,” ucapnya.
Ramadhan dan Idul Fitri, lanjutnya, harus mampu mengikis berbagai polemik yang terjadi pada bangsa Indonesia. Karena keduanya bukan hanya sekadar momen spiritual keagamaan saja, melainkan juga momen penguatan ikatan sosial persaudaraan kemanusiaan, melintasi ikatan politik maupun berbagai perbedaan lainnya.***