Ketika Tiga Punggawa Bertarung di Kandang Banteng
FTNews, Jakarta — Kampanye tiga kontestan Pilpres 2024 menjadi ajang tidak hanya untuk mempromosikan program-program atau kebijakan-kebijakan yang akan dijalankan saat salah satu paslon kelak terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden.
Karena itu, tiga paslon masing-masing Anies-Muhaimin, Prabowo-Gibran dan Ganjar-Mahfud dan para tim pemenangan nasional atau tim kampanye nasional memanfaatkan moment penting tersebut dengan para masyarakat calon pemilih atau pendukung setia, terutama calon pemilih milenial.
Tentunya, berbagai strategi dan jurus-jurus jitu untuk meraih suara dari mereka dilakukan. Bukan hanya bertemu langsung sesuai jadwal yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) juga berbagai saluran media massa, media sosial, termasuk media luar ruang, seperti baliho dan sejenisnya. Bahkan, termasuk cara yang lagi viral yaitu gimik politik.
Tidak hanya sekadar itu, hampir semua paslon juga di lapangan membagi-bagi sembako gratis. Bahkan, ada sejumlah caleg yang membuat angket atau survei dengan googleform, yang mengiming-imingi diberikan sejumlah nilai uang bila sudah mengisi angket tersebut.
Seperti yang penulis dapati ada caleg DPRD DKI Jakarta dari salah satu partai daerah pemilihan 5 Jakarta Timur, Kecamatan Duren Sawit, Jatinegara, dan Kramat Jati. Angket tersebut terdiri dari dua pertanyaan.
Dua pertanyaan tersebut menggiring responden selain memilih caleg yang bersangkutan, kedua memilih salah satu paslon Pilpres pada 14 Februari 2024 mendatang.
Yang jelas ini salah satu cara atau jurus yang diyakini dilakukan hampir semua caleg, minimal dari satu partai atau sejumlah partai koalisi dari pendukung paslon Presiden dan wakil presiden mendatang.
Sejauh tidak bertentangan dengan aturan yang ada, baik Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) maupun Undang-undang Pemilu 2017 atau kesepakatan bersama antara tiga paslon dengan KPU, hal itu sah-sah saja. Apalagi, tidak ada paksaan dari tim sukses di lapangan.
Kini di masa kampanye yang sudah berjalan empat hari ini, semua paslon dan tim pemenangan maupun kampanye baik ditingkat pusat maupun daerah/wilayah sudah memiliki target bagaimana mendulang suara sebanyak mungkin untuk memenangkan paslon. Salah satunya, yang penulis sebutkan yaitu berupa angket atau survei sederhana.
Pertarungan tiga paslon presiden dan wakil presiden antara Anies-Muhaimin, Prabowo-Gibran, dan Ganjar-Mahfud memperebutkan suara di kantong-kantong pendukung setianya tentu harus dijaga benar agar tidak berpindah ke paslon rival.
Adu program
Tentu ini menjadi catatan sendiri bagi paslon dan tim suksesnya mengemas agenda program atau kebijakan yang akan dijalankan saat menjadi pemimpin bangsa ini.
Kalau kita merujuk kepada hasil survei yang dilakukan lembaga-lembaga survei elektabilitas masing-masing paslon sudah jelas fluktuatif dan beraman. Bahkan, ada survei yang detail kepada perolehan suara di masing-masing daerah dan masing-masing partai peserta pemilu.
Setidaknya ada beberapa daerah di Indonesia yang menjadi basis suara mayoritas yang menjadi pijakan bagi paslon mendulang suara. Konon kantong-kantong inilah menjadi penentu kemenangan mayoritas peserta pilpres 2024. Karenanya, saat ini tiga paslon harus berjuang menjaga suaranya agar tidak beralih ke paslon presiden lain.
Survei Poltracking Indonesia menyebut ada lima provinsi di Pulau Jawa yaitu DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, & Jawa Timur yang nantinya akan menjadi penentu kemenangan salah satu kontestan Pilpres 2024. Dari lima provinsi tersebut, Jawa Tengah menjadi kandang banteng alias basisnya PDI Perjuangan (PDIP).
Hasil survei Poltracking Indonesia pada 26 November – 2 Desember 2022 menunjukkan elektabilitas 3 Capres terkuat pada masing-masing provinsi.
Di DKI Jakarta, dalam simulasi 3 Capres terkuat, elektabilitas Anies Baswedan (49.6%), Ganjar Pranowo (27.5%), dan Prabowo Subianto (15.7%). Di Banten, dalam simulasi 3 Capres terkuat, elektabilitas Anies Baswedan (47.6%), Prabowo Subianto (28.5%), dan Ganjar Pranowo (16.1%).
Di Jawa Barat, dalam simulasi 3 Capres terkuat, elektabilitas Anies Baswedan (36.3%), Prabowo Subianto (30.8%), dan Ganjar Pranowo (18.7%). Di Jawa Tengah, dalam simulasi 3 Capres terkuat, elektabilitas Ganjar Pranowo (71.4%), Prabowo Subianto (10.8%), dan Anies Baswedan (9.0%).
Di Jawa Timur, dalam simulasi 3 Capres terkuat, elektabilitas Ganjar Pranowo (36.1%), Prabowo Subianto (25.5%), dan Anies Baswedan (19.6%).
Survei Poltracking Indonesia juga melaporkan di DKI Jakarta, elektabilitas PDI Perjuangan (20.1%), Partai NasDem (14.3%), PKS (12.4%), Partai Gerindra (9.3%), Partai Demokrat (9.0%), PAN (5.9%), Partai Golkar (5.2%), PPP (2.6%), PKB (2.4%), dan Partai Buruh (1.0%).
Sementara di Banten, elektabilitas Partai Gerindra (17.6%), Partai NasDem (13.8%), Partai Golkar (13.3%), PDI Perjuangan (12.6%), Partai Demokrat (12.2%), PKS (8.2%), PAN (4.9%), PPP (3.5%), PKB (3.4%), dan Perindo (1.9%).
Di Jawa Barat, elektabilitas PDI Perjuangan (15.2%), Partai Golkar (14.2%), Partai Gerindra (12.9%), Partai NasDem (7.5%), PKB (6.9%), PKS (6.7%), Partai Demokrat (6.3%), PPP (4.8%), PAN (4.7%) dan Partai Buruh (2.2%).
Sementara di Jawa Tengah, elektabilitas PDI Perjuangan (43.1%), PKB (13.3%), Partai Golkar (7.0%), Partai Gerindra (5.7%), PPP (4.6%), Partai Demokrat (3.1%), PKS (2.8%), Partai NasDem (2.4%), PAN (2.4%), dan Perindo (1.4%).
Terakhir, di Jawa Timur, elektabilitas PKB (21.6%), PDI Perjuangan (20.2%), Partai Gerindra (8.1%), Partai Golkar (7.6%), Partai NasDem (6.9%), Partai Demokrat (6.1%), PAN (4.9%), PPP (2.1%), Perindo (1.6%), dan PKS (1.3%).
Bertarung di ‘kandang banteng’
Bagi Ganjar Pranowo yang menjadi Gubernur Jateng dua periode, kemenagannya atas rival politiknya tidak lain karena besarnya dukungan warga Banteng moncong putih. Apalagi, Jateng menjadi basis PDIP alias kandang Banteng. Bagaimana pun caranya Ganjar harus mampu menjaga pendukung setianya tidak beralih ke rival politiknya.
Seperti kita maklumi, Ganjar harus berhadapan dengan Gibran yang notabene menjadi Walikota Solo. Setidaknya, Solo masih menjadi daerah kekuasaannya. Tentu pasti putra sulung Presiden Joko Widodo itu berusaha pendukungnya, bahkan untuk daerah lainnya yang selama ini mendukung Ganjar dengan mengaku punya jurus jitu bisa mengalihkan pilihan kepada dirinya dalam kontestasi Pilpres 2024 ini.
Gibran menyebut sudah punya mitigasi khusus untuk pemenangan di Jawa Tengah. “Kami punya mitigasi khusus di Jawa Tengah. Kami menyambangi tempat-tempat, bukan berdasarkan basis,” jelas Gibran, Selasa (14/11/2023).
Berdasarkan data Litbang Kompas Pada Pemilu 2019, PDIP berhasil menguasai 28 kabupaten kota dari 35 kabupaten kota di Jawa Tengah. Lima kabupaten kota di Jawa Tengah juga berhasil masuk dalam 10 peringkat pengumpul suara terbanyak PDIP. Perolehan suara PDIP di provinsi yang terletak di tengah Pulau Jawa ini hampir mencapai 21 persen dari total suara nasional yang berhasil dikumpulkan.
Hal ini terlihat dari kemenangan terus menerus dari pemilu sebelumnya dan peningkatan perolehan suara. Pada Pemilu 2014 Partai yang berlambang kepala banteng ini berhasil menarik suara 4,3 juta suara yang terus meningkat di Pemilu 2019 menjadi 5,7 juta suara. Lalu bagaimana dengan Pemilu 2024. Apakah Ganjar akan menang di kandang banteng sementara dibayang-bayangi Gibran dan para pendukung setianya?
Dari data yang dihimpun, ada sejumlah kabupaten/kota di Jateng yang berhasil dimerahkan PDIP pada pemilu 2019 yaitu Kabupaten Jepara, Kudus, Kebumen, Kendal, dan Tegal. PDIP berhasil menaklukkan Gerindra, Golkar, dan PKB.
Lima kabupaten kota yang berhasil mengantongi suara terbanyak dan masuk peringkat 10 besar perolehan suara PDIP yaitu kabupaten Brebes, Kota Semarang, Kabupaten Banyumas, Wonogiri, dan Boyolali.
Pada Pemilu 2019 ini, PDIP di kabupaten Wonogiri berhasil mengantongi 54 persen suara, namun peroleh suara terbanyak adalah kabupaten Brebes sebanyak 328 suara.
Partai Politik lain yang berhasil mengantongi kemenangan di kabupaten/kota di Jateng ini Partai Demokrat yang berhasil merebut dari Gerindra di Banjarnegara. Sementara Partai Golkar menang di Cilacap dan Batang, namun Partai Beringin ini kehilangan kemenangan di Kudus.
Partai Kebangkitan Bangsa harus menelan pil pahit dengan kehilangan kemenangan di Batang, Kendal, dan Tegal, Namun masih menjadi juara bertahan di Wonosobo, Pekalongan, dan Kota Pekalongan.
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) bertahan di kabupaten Rembang sejak Pemilu 2014, walau pada pemilu 1999, PDIP menang di kabupaten yang dikenal juga sebagai daerah santri.
Sementara Jawa Timur yang menjadi basis Nahdlatul Ulama (NU) tidak lepas dari bancakan tiga peserta Pilpres. Arah dukungan NU turut menentukan pilihan warga Jawa Timur. Untuk Pemilu 2024 ini, tampaknya sulit bagi PDIP menguasai Jatim. Pasalnya, paslon Prabowo-Gibran diperkuat oleh tim sukses yang berpengalaman.
Setidaknya, ada tiga gubernur yang pernah unggul di provinsi paling ujung di Pulau Jawa ini yaitu Khofifah Indar Parawansa, Pakde Karwo alias Soekarwo dan Imam Utomo yang bergabung menjadi tim kampanye nasional dan daerah Prabowo-Gibran.
Selain itu, Jatim juga menjadi basisnya Partai Demokrat, dimana saat SBY (Soesilo Bambang Yudhoyono) dua kali menjadi calon Presiden, dua kali kemenangan besar berada di Jawa Timur. Kini mantan presiden dua periode itu bergabung di Koalisi Indonesia Maju alis kubunya Prabowo-Gibran, yang diharapkan setidaknya di Jatim pasangan yang belakangan dikenal Gemoy itu mendulang suara besar dari kaum nahdliyin, warga banteng dan Demokrat.
Meski seringkali NU tidak secara resmi mendukung salah satu pasangan dalam Pilpres, namun warga membaca keberpihakan para kyai NU dan menjadikannya salah satu pertimbangan dalam memilih. Apalagi, tim sosok Khofifah yang saat ini lekat dengan Muslimat NU setidaknya suara mereka digiring untuk memenangkan Prabowo-Gibran.
Mengetahui kecenderungan tersebut, para paslonpun berebut dukungan NU menjelang pemilu, baik dengan mengusung calon berlatar belakang NU atau mengunjungi para kyai NU untuk menunjukkan kedekatan, dengan harapan gerbong kyai NU akan ikut tergerak untuk mendukung calon tersebut.
Tarik menarik kantong-kantong atau basis partai poliltik ini sangat menarik. Terlebih lagi dari tiga pasangan calon presiden dan calon wakil presiden memiliki dukungan atau koalisi partai yang beragam dan memiliki basis pendukung masing-masing.
Sementara di Jawa Barat, Gerindra memiliki pengalaman yang menarik. Di tanah pasundan ini partai yang dikomandoi capres Prabowo Subianto ini meraih suara yang lumayan besar mengalahkan partai-partai lainnya. Tentu saja, tidak semudah membalik telapak tangan atau sesukses pemilu sebelumnya. Sebab, PKS akan bertempur habis-habisan memenangkan Anies-Muhaimin Iskandar.
Wakil Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang juga mantan Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan tidak menargetkan perolehan suara yang terlalu muluk di Jabar. Sebab, ada tiga pasangan calon yang akan bertarung di Pilpres 2024. Hal itu berbeda dengan tahun 2019 yang hanya terdiri dari dua pasangan calon.
Aher begitu sapaan akrab Ahmad Heryawan saat ini situasi berbeda. Kalau dulu menang 60 persen, karena hanya dua pasang (capres). Namun sekarang ada tiga pasang, targetnya hanya 50 persen kemenangan Anies-Muhaimin di Jawa Barat, sudah paling tinggi,” ucap dia di Bandung, Selasa (24/10/2023).
Kalau melihat data suara masing-masing partai pada pemilu 2019. Sudah sangat sulit angka-angka kemenangan tidak akan sinergi lagi mengingat dipengaruhi koalisi yang mengusung paslonnya. Sebab, langsung maupun tidak langsung sangat berpengaruh terhdap paslon yang diusung.
Yang pasti, pertarungan antara paslon Anies-Muhaimin, Prabowo-Gibran dan Ganjar-Mahfud diprediksi akan semakin ketat dan keras. Apalagi, ada dua kubu yang basis yang dipertaruhkan dengan peserta kontestan Pilpres 2024. Sebut saja, Muhaimin Iskandar dan Mahfud yang berbasis NU. Bahkan, Mahfud menjadi caleg dan menteri di era Presiden Gusdur karena dari PKB, serta Gibran yang berbasis PDIP.
Mampukah mereka menarik perhatian calon pemilih, baik masyarakat awam maupunpara pendukung masing-masing sehingga suara mereka kelak menjadi salah satu penentu kemenangan dari tiga paslon yang bertarung? Semua itu sangat tergantung bagaimana pandainya para paslon menyakinkan calon pemilih dengan program-program atau kebijakan yang ditawarkan dan manfaat bagi rakyatnya.*
Warning: Undefined variable $args in /www/wwwroot/pemilunesia.com/wp-content/themes/umparanwp/widget/widget-related.php on line 47