Habib: Megawati dan SBY Saat Jadi Presiden Kampanye Ngga Masalah, Ngga Ada Larangan Kok…

FTNews — Pernyataan Presiden Joko Widodo soal akan mengikuti kampanye sontak menjadi ramai pemberitaan hampir semua media nasional. Pernyataan Jokowi tersebut seakan mengejutkan rival politiknya dan pengamat.

Padahal, kalu melihat sejarah saat Megawati Soekarnoputri, Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Joko Widodo menjabat presiden aktif saat mencalonkan kembali menjadi presiden mereka juga kampanye. Lho jadi ramai ya?

Menanggapi kaduh tersebut, Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Habiburokhman menilai, kalau pun Presiden Jokowi akhirnya ikut kampanye dan memihak kepada salah satu kontestan saat pemilu tidak ada masalah.

“Contohnya Barack Obama tahun 2008 yang saat itu masih menjadi presiden berkampanye mendukung Hillary Clinton saat melawan Donald Trump, yang dimenangkan Donald Trump. Jadi, nggak masalah,” jelas Habiburokhman di Medcen TKN Prabowo-Gibran, Jakarta Selatan, Rabu, (24/1/2024).

Hal serupa, kata Habib, sebenarnya terjadi juga di Indonesia, di mana Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri dan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono yang kala itu berkampanye meski masih menjabat.

Ketika itu, jelasnya, Pak SBY maju kedua kalinya tahun 2009 ya, dia presiden, dia berkampanye bahkan untuk dirinya sendiri, tetapi dia enggak boleh menggunakan kewenangannya untuk menguntungkan dirinya atau orang lain.

“Begitu juga dengan Megawati sebagai presiden incumbent maju sebagai capres pada tahun 2004. Kemudian, Presiden Jokowi juga saat itu maju kembali pada Pilpres 2019. Jadi, apanya yang salah?,” ujar Habib mempertanyakan.

Habib menegaskan, seorang Presiden boleh memihak paslon tertentu. Asalkan, tidak memanfaatkan kekuasaannya untuk menguntungkan salah satu paslon.

“Berpihak boleh, berkampanye pun boleh tidak harus netral, tetapi tidak boleh dia menggunakan kekuasaan yang ada padanya untuk menguntungkan salah satu calon atau merugikan paslon yang lain,” jelas Habib.***