Doktor dari Unhan, GMNI Ultimatum Hasto tak Berpolemik Alutsista

Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Senin (4/9/2023). ANTARA/Narda Margaretha Sinambela

FTNews, Jakarta — Ketua Umum DPP Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Imanuel Cahyadi memberi ultimatum kepada Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto untuk tidak berpolemik soal alat utama sistem senjata (alutsista).

“Sangat disayangkan, Mas Hasto kan doktor lulusan Universitas Pertahanan (Unhan) bicara persoalan alutsista ke hal-hal yang tidak esensial, bekas atau baru salah satunya,” tegas Imanuel dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (14/1/2024).

Imanuel menanggapi pernyataan Hasto yang meminta Calon Presiden RI Prabowo Subianto untuk mengoreksi pernyataan soal alutsista pada masa pemerintahan Soekarno dalam pembebasan Irian Barat.

Bicara tentang alutsista, tegas Imanuel, adalah tentang kegunaan, deterrence (pencegahan). Baru atau bekas, selama memiliki efek deterrent, tentu sah-sah saja digunakan.

Apalagi, kata dia, Pak Prabowo sebagai Menteri Pertahanan tentu sangat paham mengenai usia pakai alutsista yang digunakan oleh pasukannya.

“Karena itu, Imanuel, sangat menyayangkan komentar Sekjen PDI Perjuangan tersebut yang justeru mengurangi esensi deterrent dari alutsista Indonesia yang dibangun hingga saat ini,” tegas dia.

Imanuel menyebut di zaman Bung Karno, tidak pernah ada debat alutsista bekas atau baru karena Bung Karno paham bangsa Indonesia juga butuh deterrence sebagai strategi militer dalam mempertahankan Irian Barat pada saat itu.

Jadi, tandas Ketum GMNI itu, yang ditonjolkan kuantitas dan kualitasnya. Bukan baru atau bekasnya.

Pada tahun 1960-an, lanjut dia, Indonesia sudah memiliki puluhan Mig-17 (bekas), Mig-19, Mig-21, Tu-16 made in Soviet. Belum termasuk yang diterima angkatan laut dan darat.

Selain itu, kata Imanuel, narasi tentang alutsista Indonesia harusnya berbicara tentang substansi pertahanan dan deterrence-nya.

“Bung Karno saat mempertahankan Irian Barat dengan menggunakan perpaduan alutsista baru dan bekas untuk mempertahankan kedaulatan NKRI,” katanya.

Imanuel berpendapat isu terkait dengan pengadaan alutsista Indonesia harus dalam keadaan baru (bukan bekas) belum memiliki urgensi yang mendesak dalam strategi pertahanan Indonesia.

Dalam hal pertahanan negara, kata dia, untuk menjaga kedaulatan wilayah dengan lanskap kepulauan seperti Indonesia, justeru membutuhkan banyak sekali alutsista, khususnya wilayah air dan udara.

Imanuel mempertanyakan, untuk memenuhi kebutuhan tersebut, kalau kita melihat postur anggaran saat ini apakah dimungkinkan? Belum lagi soal kendala teknis dan skala prioritas dalam penggunaan anggaran kita.***


Warning: Undefined variable $args in /www/wwwroot/pemilunesia.com/wp-content/themes/umparanwp/widget/widget-related.php on line 47
Tutup