Adi Prayitno: Keberhasilan Golkar karena Punya Banyak ‘Dewa’ di Dapil Dapil

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno/foto: tangkap layar

FTNews, Jakarta— Kesuksesan Partai Golkar dalam Pemilu Legislatif 2024 terus menjadi  perbincangan. Bagaimana partai berlambang pohon beringin ini mampu melejit meskipun tidak ada tokohnya maju dalam Pilpres. Apa resepnya? Ini lah yang selalu diperbincangkan.

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menyatakan, kesuksesan Golkar ini tidak ujug-ujug. Golkar telah mempersiapkan ini (Pileg) sejak 2,5 tahun lalu. Hasilnya dituai pada Pemilu 2024 ini.

“Saya berbicara dengan para senior Golkar tentang ini, dan mereka katakan persiapan Pileg ini sudah dilakukan sejak 2,5 tahun lalu. Jadi ini bukan kun fayakun dua tiga bulan, tapi 2,5 tahun,” jelas Adi Prayitno, dikutip dari Instagram Partai Golkar.

Golkar, ucap Adi, memiliki strategi yang jitu dalam menghadapi Pileg 2024.

“Mereka itu mikir, satu satunya yang bisa membuat merek punya bargaining position adalah Pileg. Hasil yang dituai ini bukan kerja 2-3 bulan. Tapi cukup lama. Golkar itu mempersiapkan infrastruktur pemenangan Pilegnya sudah sejak 2,5 tahun lalu,” tambahnya.

Pemetaan Caleg mengisi Dapil  dengan Caleg-Caleg potensial itu merupakan salah satu strategi sehingga suaranya bisa naik berlipat ganda. Golkar bisa naik (perolehan suaranya)  dengan signifikan, itu karena anatomi kekuatannya ada pada Caleg-Calegnya dan mesin partai.

Selain itu, lanjutnya, banyak Caleg Golkar adalah kepala daerah. Itu juga merupakan strategi. “Dan di satu Dapil banyak ‘Dewa’- nya. ‘Dewa-dewa’ ini yang bekerja menumpuk begitu banyak suara. Jadi ibaratkan pertandingan sepak bola, yang dimainkan (Golkar) itu para striker semua yang permainannya adalah total football,” papar Adi Prayitno. “Di satu Dapil bisa lebih dari satu Caleg ‘dewa’,” tambahnya.

Ada yang mengatakan kenaikan suara Golkar adalah Jokowi Effect, Adi kurang sependapat dengan hal itu. Banyak yang mengamplifikasi foto-foto atau video video yang ada gambar Jokowi, namun ujar Adi, itu tidak terlampau signifikan. Ia berkeyakinan hasil yang dituai Golkar itu memang karena strategi dan kepiawaian Caleg Calegnya.

“Mungkin ada, tapi menurut saya tidak terlampau signifikan ya. Karena PAN pun melakukannya, melakukan hal yang sama, ternyata suaranya tidak seperti Golkar,” ujarnya.

Malah, tambah Adi lagi, yang paling banyak melakukan itu adalah Partai Solidaritas Indonesia (PSI), toh, suara PSI pun naiknya tidak signifikan. “Jadi saya kira, Golkar ini memang partai politik pemenang, partai yang memang kuat,” tegasnya.

Kalau mau dilihat, lanjutnya, pada Pemilu 2019 lalu, Golkar secara persentase berada sedikit di bawah Partai Gerindra yang meraih 12,75 persen, sedang Golkar 12,30 persen. Tapi konversi suaranya lebih banyak Golkar dibanding Gerindra.

“Jago ini Golkar, pak! Ini barang lama. Ini pemain-pemain veteran,” puji Adi.

“Partai-partai baru yang penting ramai, berisik, menguasai medsos, tapi tidak berhasil ‘gol’. Sementara Golkar ibaratnya Chelsea kelihatannya main defence, parkir di depan gawang dan gol, jadi juara Liga Champions,” tutur Adi.***

Tutup