Survei Indikator: Jika tak Berjalan Baik, Program MBG Bisa Jadi Sumber Utama Ketidakpercayaan Publik
FTNews, Jakarta— Peneliti Utama Indikator, Prof Burhanuddin Muhtadi mengatakan, ujian pertama pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dan akan mendapat sorotan besar adalah janji kampanye program makan bergizi gratis.
Berdasarkan survey yang digelar Indikator pada 10-15 Oktober 2024, mayoritas warga tahu dengan program tersebut (86.5%), dan mayoritas warga juga setuju atau sangat setuju dengan program tersebut, 77.6%.
Kemudian terkait nilai kecukupan gizi menu makan gratis yang akan diberikan, sekitar 65.6% percaya Vs 31.4% tidak percaya bahwa menu makan yang akan diberikan memenuhi standar kecukupan gizi.
Dan terkait kontribusi program makan bergizi gratis dalam mengatasi masalah gizi buruk (stunting), sekitar 66.1% percaya Vs 30.5% tidak percaya bahwa program akan membantu mengatasi persoalan gizi buruk.
‘Pada dua isu terakhir, jika warga tidak percaya, maka mayoritas tidak mendukung program,” kata Burhanuddin Muhtadi dalam pemaparan survey Indikator bertema “Keyakinan dan Ekspektasi Publik terhadap Pemerintahan Prabowo-Gibran’, Minggu (27/10/2024)
Menurutnya, program makan bergizi gratis yang sangat populis tersebut, ke depan juga akan sangat besar mendapat sorotan publik. Alih-alih merupakan sumber kekuatan dukungan publik bagi pemerintahan Prabowo-Gibran, program makan bergizi gratis bisa menjadi sumber utama ketidakpercayaan publik jika program tidak berjalan sebagaimana mestinya
Metodologi
Untuk diketahui, populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia di Survei Nasional yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.
Penarikan sampel menggunakan metode multistage random sampling. Dalam survei ini jumlah sampel sebanyak 1200 orang. Dengan asumsi metode simple random sampling, ukuran sampel 1.200 responden memiliki toleransi kesalahan (margin of error–MoE) sekitar ±2.9% pada tingkat kepercayaan 95 persen.***
Sampel berasal dari seluruh Provinsi di Indonesia yang terdistribusi secara proporsional. Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih.
Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20% dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti.***