Strategi Partai Baru Menerobos Parliamentary Threshold

Igor Dirgantara, Direktur Eksekutif lembaga Survei and Polling Indonesia (SPIN) /foto: dok Partai Gelora

FTNews, Jakarta— Berbagai upaya dilakukan partai-partai politik baru untuk bisa menembus ‘Senayan’ (DPR RI). Bukan hal yang mudah. Bahkan partai politik yang sudah cukup lama berdiri pun masih ada yang sampai sekarang belum berhasil masuk parlemen.

Tak hanya itu. Yang saat ini masih eksis pun (di parlemen) ada yang terancam terlempar pada Pemilu 2024 ini.

Intinya memang tidak mudah masuk atau pun bertahan di Senayan.

Biang keladinya adalah syarat parliamentary threshold atau ambang batas parlemen yang ditetapkan 4 persen dari jumlah suara secara nasional. Berat sekali kan?!

Itu lah sebabnya banyak partai baru sulit masuk, dan partai yang sudah bercokol, terancam terlempar.

Nah pada Pemilu 2024 ini, ada sejumah partai baru, namun yang diperkirakan punya peluang dapat menembus Senayan adalah Partai Gelora.

Bagaimana dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI)?

PSI bukan lah partai baru. Partai ‘merah-putih’ yang disebut-sebut sebagai Partai Jokowi ini sudah ikut Pemilu pada 2019 lalu. Memang belum berhasil menembus Senayan namun cukup banyak wakil-wakilnya di berbagai daerah (DPRD).

Pemilu kali ini PSI bertekad menembus ‘Pusat’.

Akan halnya Partai Gelora, baru kali ini ikut Pemilu. Dari berbagai analisa pengamat politik, ‘Partai Biru’ besutan Anis Matta, Fahri Hamzah dan Mahfuz Sidik, ini, bakal tembus ke Senayan dikiprah pertamanya di Pemilu. Sama seperti Partai Demokrat dan NasDem yang langsung melenggang ke Senayan diawal keikutsertaannya di Pemilu.

Strategi Sudah Tepat

Direktur Eksekutif lembaga Survei and Polling Indonesia (SPIN) Igor Dirgantara mengatakan, strategi yang digunakan Partai Gelora agar tembus ke Senayan sudah tepat, melalui berbagai program yang disampaikan.

“Strategi Partai Gelora juga ada kesamaan dengan apa yang diampaikan Prabowo dalam pidatonya, bahwa Prabowo-Gibran dan koalisinya punya strategi transformasi bangsa ini, yang disebut superpower seperti dalam Pembukaan UUD 1945 ikut melaksanakan ketertiban dunia, dan ingin memerdekakan Palestina,” kata Igor.

Igor menegaskan, program Wajib Belajar 16 Tahun, termasuk di dalamnya kuliah gratis mendapatkan sambutan positif di masyarakat, termasuk program pemberantasan buta huruf baca Al’Qur’an.

“Jadi ketika ditanyakan ke responder, program apa yang paling anda ingat, programnya Partai Gelora, Wajib Belajar 16 Tahun. Kalau bahasanya Pak Anis Matta, kuliah gratis. Sebenarnya memperpanjang wajib belajar dari SD/SMP/SMA sampai 9 tahun jadi 16 tahun, ditambah kuliah gratis. Itu diingat masyarakat,” katanya.

Karena itu, menurut Igor, mudah sebenarnya bagi Partai Gelora untuk lolos ke Senayan dan melampaui ambang batas parlemen 4%.

Coattail Effect Prabowo Gibran

Selain programnya diterima masyarakat, Partai Gelora juga mendapatkan coattail effect atau efek ekor jas skor tertinggi dari dukungan politik ke Capres, selain Partai Gerindra dan PSI.

“Dari data survei kami terakhir yang belum kami publikasikan, elektabilitas Partai Gelora sudah 3,8 % dari sebelumnya 3,6 %, pasca debat terakhir. Keyakinan kami, Partai Gelora  mampu melewati ambang batas parlemen 4 %,” katanya.

Igor menjelaskan, pemilih loyal Partai Gelora terbanyak ada di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten dan Sumatera Utara.  “Dari data kami juga terkonfirmasi banyak pemilih partai lama akan memilih partai baru, Ini peluang bagi Partai Gelora, karena pemilih inginkan ada partai yang berbeda,” paparnya.

Selain itu, Direktur Eksekutif SPIN ini menambahkan, masyarakat mengetahui, bahwa program rekonsiliasi nasional antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Prabowo Subianto yang disuarakan pertama kali oleh Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta dan Wakil Ketua Fahri Hamzah, juga mendapatkan respon positif.

“Program tentang rekonsiliasi itu menjadi daya tarik di masyarakat itu pertama kali dikumandangkan Pak Anis Matta, sehingga terjadilah rekonsiliasi Pak Jokowi-Pak Prabowo. Dan Pak Fahri Hamzah yang pertama kali menyebut nama Gibran untuk melanjutkan rekonsiliasi tersebut,” ujarnya.

Lepas dari semua itu, 14 Februari mendatang adalah penentuannya. Bisakah Partai Gelora mengukir sejarah mengikuti jejak Partai Demokrat dan NasDem yang sukses masuk parlemen pada keikutsertaannya pertama kali di Pemilu? ***

 

 

Tutup