Jokowi Diantara Prabowo dan Ganjar

Capres nomor Urut 2 Prabowo Subianto dan Presiden Joko Widodo saat diundang makan siang bersama capres Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan di Istana Negara, Senin (30/10/2023). Foto: BPMI Setpres

FTNews, Jakarta — Menjelang penetapan calon presiden nama Ganjar Pranowo sudah sejak jauh-jauh hari ramai diperbincangkan. Meski secara resmi belum final diputuskan di internal partai.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam beberapa kesempatan sering melontarkan ‘sinyal-sinyal’ yang menjurus ke satu nama yang dijagokan jadi calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Misalnya sering menyebut dengan orang yang dijagokan berambut putih.

Partai NasDem sendiri sejak awal mengusung mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, yang kemudian didukung Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Sementara Gerindra kembali menjagokan Prabowo Subianto yang sudah dua kali maju gagal. Disitulah Muhaimin Iskandar (cak Imin) merapat ke Prabowo bahkan sudah sempat mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Namun Cak Imin Hengkang meninggalkan Prabowo kemudian merapat ke Anies Baswedan. Anies yang semula sudah sepakat dengan Agus Harimurti Yudhoyono dan tinggal menunggu waktu yang tepat bahkan akan mendeklarasikan Anies-AHY akhirnya gagal.

Prabowo yang didukung beberapa partai yang bergabung dengan kabinet pemerintahan Jokowi membentuk koalisi yaitu Koalisi Indonesia Mau (KIM) terdiri dari Gerindra, Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Demokrat, Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Gelora, Partai Solidaritas Indonesia (PSI), dan Partai Garuda.

Belakangan PDIP mengendus kalau Jokowi mendukung Prabowo Subianto menjadi capres. Munculah pernyataan dari sebagian pihak, termasuk dari internal PDIP agar Jokowi memberi pernyataan sikap kalau dirinya tidak mendukung capres lain diluar PDIP yaitu Ganjar Pranowo.

Hingga titik ini, Jokowi harus memberi pernyataan kalau dirinya netral sebagai presiden tidak mendukung salah satu capres. Dalam beberapa kesempatan Jokowi menyatakan netral tidak memihak kepada salah satu capres.

Namun pernyataan Jokowi itu banyak yang meragukan karena belakangan komunikasi intens dengan Menteri Pertahanan Prabowo yang notabene mencalonkan menjadi capres. Tidak hanya sampai disitu, hubungan Jokowi dengan internal PDPI pun semakin renggang,

Friksi antara Jokowi dengan PDIP terus terjadi muara ketika Jokowi mengajukan anak sulungnya Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden (cawapres) mendampingi Prabowo Subianto.

Pertanyaannya masih netralkah Jokowi terhadap tiga pasang calon presiden dan calon wakil presiden yang salah satu paslonnya adalah putra sulungnya? Hanya Jokowi yang tahu pasti.

Yang pasti secara psikologis tentu hatinya pada pasangan Prabowo-Gigran. Apalagi belakangan banyak disorot publik dengan pernyataan-pernyataan tendensius yang seringkali tidak etik dan vulgar dari rival politiknya.

Secara resmi tiga paslon capres dan cawapres sejak 12 November resi terdaftar sebagai capres dan cawapres dan kini tengah memasuki masa kampanye. Kubu Prabowo yang belakangan sering diserang dengan pernyataan dari rivalnya ditanggapi positif, bahkan Prabowo dan Gibran hanya senyum tatkala rival politiknya menyinyir.

Menariknya lagi, Jokowi seakan cuek dengan friksi yang tejadi antara dirinya dengan internal PDIP seakan tidak terlalu menjadi beban. Namun disisi lain, tudingan terhadap Jokowi yang sudah tidak netral lagi, kemarin diakui Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang menyatakan Prabowo bukan Jokowi, justeru Ganjar yang Jokowi.

Pernyataan Hasto tersebut seakan menelan ludah sendiri, yang sebelumnya menuding Jokowi sudah tidak peduli lagi, justeru pernyataan Hasto bersikap kontra seiring dengan pemberian pupuk di acara di Jawa Tengah dimana Jokowi memberikan pupuk untuk petani.

Selain itu, kunjungan kerja Jokowi ke Nusa Tenggara Timur (NTT) dimana Capres Ganjar berkampanye di NTT. Hasto menyebut dua peristiwa itu sebagai dukungan Jokowi terhadap Ganjar, bukan untuk Prabowo.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan, Presiden Joko Widodo atau Jokowi nyatanya memberikan bantuan kepada Ganjar Pranowo untuk memenuhi kebutuhan pupuk petani di Jawa Tengah. Diketahui, Prabowo Subianto sempat menyinggung soal kelangkaan pupuk di Jateng dalam debat capres perdana.

“Itu Pak Jokowi membantu Pak Ganjar. Pak Jokowi di belakang Pak Ganjar. Maka ketika Pak Ganjar di NTT kemudian Pak Jokowi ke NTT, itu, kan, artinya rakyat melihat Pak Jokowi di belakang Pak Ganjar,” tutur Hasto di Kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (15/12/2023).

Hasto mengatakan, Ganjar memiliki komitmen untuk menyempurnakan dan memperbaiki raihan kerja yang sudah dilakukan Presiden Jokowi. Ganjar, lanjut Hasto, ingin menaikkan daya kegunaan bagi kepentingan rakyat.

“Apa yang disampaikan Pak Ganjar tentang KTP Sakti ternyata senapas dengan apa yang disampaikan oleh Presiden Jokowi. Bahkan dari polling yang kami lakukan, mencermati seluruh pemberitaan, suara-suara dari rakyat di dalam debat kemarin menunjukkan bahwa Pak Prabowo bukanlah Pak Jokowi,” jelas dia.

Menanggapi pernyataan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Nusron Wahid, mengatakan selama ini tim Prabowo-Gibran tidak pernah menyebut Prabowo sebagai Jokowi. Namun dia memastikan bahwa berkomitmen meneruskan kebijakan dan program dari Presiden Joko Widodo.

“Tidak hanya Pak Prabowo. Pak Anies dan Pak Ganjar juga bukan Pak Jokowi. Karena tidak mungkin ada Jokowi Kembar. Tapi bisa dipastikan bahwa Pak Prabowo adalah penerus Pak Jokowi, satu-satunya Paslon yang berkomitmen melanjutkan kebijakan dan program Pak Presiden Jokowi.” tegas Nusron dalam keterangan tertulis dikutip Sabtu (16/12/2023).

Komitmennya itu terlihat dari visi-misi dan program yang diusung oleh Prabowo-Gibran. Kita berkomitmen melanjutkan semua program yang bermanfaat bagi masyarakat, mulai dari KIS, KIP, KIP Kuliah, Program PKH, Bantuan Sosial, semua akan dilanjutkan dan ditingkatkan. Ini ditambah dengan Program Makan Siang dan Susu Gratis serta Bantuan Gizi.

Terkait dengan pernyataan Hasto yang menyebut Jokowi di belakang Ganjar, Nusron menegaskan Ganjar dan Presiden Jokowi sangat berbeda.

“Sudah pasti beda antara Mas Ganjar dengan Pak Jokowi. Karena Pak Jokowi menjabat presiden tidak bersedia menjadi petugas partai. Sementara Mas Ganjar baru dicalonkan sudah menyatakan diri siap jadi petugas partai. Mungkin itu juga sebabnya Pak Jokowi mendorong Prabowo-Gibran, karena tak cocok dengan konsep Presiden dijadikan alat dan petugas partai politik,” terangnya.

Kendati Ganjar dan Jokowi sangat berbeda, Nusron Wahid menyatakan sah-sah saja jika Sekjen PDIP mengklaim dukungan Jokowi terhadap Ganjar.

“Silahkan saja kalau Pak Hasto mau klaim bahwa Pak Jokowi di belakang Mas Ganjar. Tapi disini (Prabowo-Gibran) jelas adalah fakta, bukan klaim. Itu terlihat dari visi, misi, dan program. Apalagi kita disini bersama Mas Gibran.” ucap dia.

Disudahi debat kusir

Nusron menghimbau agar pernyataan-pernyataan klaim ini disudahi karena masyarakat yang bersimpati terhadap Presiden Jokowi sudah cerdas menilai siapa yang direstui olehnya.

“Dalam peristiwa hampir dua bulan ini sudah kelihatan. Siapa yang tegak lurus, dan siapa yang justru menyudutkan dan tak henti-hentinya menyerang Pak Jokowi. Masyarakat sudah cerdas.” tandas dia.

Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto sendiri mengaku tidak berani mengklaim mendapat dukungan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2024. Bagi Prabowo, para pendukungnya dapat menerkanya sendiri.

Mengutip pernyataan Prabowo pada acara doa bersama para kiai se-Banten di Lebak, Banten, Minggu (3/12/2023). Prabowo berjanji akan memberantas kemiskinan. Dia juga menyebut akan memberantas korupsi sampai ke akar-akarnya.

“Kita juga akan menghilangkan kemiskinan, dan kita harus berantas korupsi sampai ke akar-akarnya. Saudara-saudara, saya sudah dipelototin oleh ajudan saya. Berdiri di depan saya ini matanya melotot,” ujar Prabowo mengundang tawa dari hadirin.

Berkunjung ke Pandeglang, Prabowo Diteriaki ‘Gemoy’ dan ‘Presiden’ Prabowo menyebut telah diingatkan oleh ajudannya agar segera mengakhiri penyampaiannya. Ajudan tersebut ialah Mayor Teddy Indra Wijaya.

Menteri Pertahanan (Menhan) ini mengatakan Mayor Teddy merupakan asisten ajudan Presiden Jokowi di periode sebelumnya. Dia menyebut Mayor Teddy ditugaskan Jokowi agar selalu mendampinginya.

“Dulu beliau ini ajudannya Pak Jokowi tapi Pak Jokowi entah punya niat baik kepada saya, ajudannya ini dikasih ke saya,” katanya.

Prabowo kemudian menyinggung soal ada tidaknya dukungan Jokowi kepada dirinya. Menurut Prabowo, para pendukung dapat menerka sendiri hal itu lantaran dia tak berani mengklaimnya.

“Saya tidak berani mengklaim dan nggak bolehlah mengatakan bahwa Pak Jokowi mendukung saya, tapi kira-kira Bapak Ibu bisa kira-kira sendirilah,” kata Prabowo disambut riuh tepuk tangan hadirin.

“Kira-kira, ya. Tapi kita berdiri di atas produk kita, kita lanjutkan program Pak Jokowi dan kita sempurnakan dan kita bawa Indonesia menuju Indonesia Emas 2045,” lanjut Prabowo.

Sejumlah pengamat politik memaknai deklarasi dukungan organisasi relawan Pro Joko Widodo (Projo) terhadap bakal calon presiden Prabowo Subianto, turut “mencerminkan” preferensi politik Jokowi dalam Pemilihan Presiden 2024.

Peneliti pusat riset politik BRIN, Firman Noor menilai manuver itu juga mengindikasikan bahwa dukungan politik Jokowi kini “berseberangan” dengan PDIP yang mengusung Ganjar Pranowo.

Sedangkan pengamat politik dari Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin, mengatakan hal ini memperkuat indikasi bahwa hubungan Jokowi dengan Ketua Umum PDIP Megawati Sukarnoputri “sedang tidak baik-baik saja”.

King Maker

Jokowi, kata dia, terlihat ingin berperan sebagai “king maker” dan penentu pertarungan elektoral. Namun, dia dinilai “tidak memiliki pengaruh cukup kuat” di partainya sendiri.

Arah dukungan Jokowi kepada Prabowo, kata Ujang, bertujuan untuk “mengamankan masa depan politiknya” usai lengser dari jabatan.

Prabowo pun menerima dukungan dari berbagai kalangan, termasuk dari simpul relawan Presiden Jokowi yang menilai bahwa Prabowo adalah calon presiden yang ideal untuk Indonesia.

Koordinator Gaspol JKW, Joko Tri Bandono, menyatakan bahwa Prabowo Subianto merupakan pemimpin yang tegas dan merakyat, yang memelihara integritas dan moralitas, menjadikannya pemimpin dengan jiwa besar.

“Pak Prabowo Subianto itu sosok capres yang tegas dan merakyat itu menurut kami, Prabowo itu seseorang yang mampu memelihara integritas dan moralitas sehingga Prabowo saya anggap sebagai tokoh pemimpin berintegritas yang memiliki jiwa besar, itu menurut saya,” kata Koordinator Gaspol JKW, Joko Tri Bandono dalam keterangannya yang diterima di Jakarta pada Jumat (13/10/2023).

Joko mengungkapkan kekagumannya terhadap Capres nomor 2 itu, tidak hanya sebagai Menteri Pertahanan, tetapi juga sebagai calon presiden dari Koalisi Indonesia Maju. Menurutnya, Prabowo memiliki banyak kesamaan dengan Presiden Jokowi dalam hal perilaku dan pola pikir.

“Saya kira banyaknya dukungan inilah yang membuat Pak Prabowo layak memimpin Indonesia. Saya juga melihat Pak Prabowo memiliki kesamaan dengan Pak Jokowi, perilaku dan pola-pola berfikirnya dengan Pak Jokowi,” tuturnya.

Hal ini menjadi dasar mengapa banyak dukungan mengalir kepada Prabowo, yang dilihat mampu melanjutkan dan mengembangkan kerja-kerja pemerintahan Presiden Jokowi.

Dengan integritas dan kemampuannya yang telah terbukti, Capres nomor urut 2 ini dianggap memiliki kapasitas yang diperlukan untuk meneruskan kepemimpinan di Indonesia.

Gelombang dukungan yang diterima Prabowo dari relawan Jokowi dan elemen masyarakat lainnya menunjukkan kepercayaan yang besar terhadap kemampuannya sebagai pemimpin berintegritas yang dapat membawa Indonesia maju.

Joko menegaskan Prabowo Subianto sangat mampu dan layak untuk melanjutkan kerja-kerja penting yang telah dimulai oleh Presiden Jokowi, menunjukkan Prabowo sebagai pemimpin berintegritas yang ideal untuk masa depan Indonesia.

Masa kampanye masih berjalan, tiga paslon presiden dan wakil presiden masih leluasa untuk menggaet simpatik para calon memilih. Disitulah ajang efekif untuk menggaet mereka dengan program-program atau kebijakan yang ditawarkan.

Masyarakat memiliki penilaian sendiri atas kampanye politik para capres-cawapres dan tim pemenangan atau tim kampanye masing-masing paslon. Mampukan mengerek elektabilitas atau justeru makin terpuruk. Kita nantikan hingga masa penghitungan suara nanti. Siapa yang sebenarnya layak dan menang menjadi orang nomor satu dan dua di Indonesia.*


Warning: Undefined variable $args in /www/wwwroot/pemilunesia.com/wp-content/themes/umparanwp/widget/widget-related.php on line 47
Tutup