Beranda Berita Terkini Panca Pilpres 2024: Merapat atau Jadi Oposisi

Panca Pilpres 2024: Merapat atau Jadi Oposisi

Prabowo Subianto, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo/foto: Foto Dok BMPI Setpres

FTNews, Jakarta — Tidak terasa tinggal menghitung hari menjelang masa kampanye Pilpres 2024 yang dimulai pada 28 November 2023-10 Februari 2024.

Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor 15 Tahun 2023 menegskan pelaksanaan kampanye akan dilakukan secara bersamaan oleh semua peserta Pemilu.

Masa kampanye mencakup pertemuan terbatas, pertemuan tatap muka, penyebaran bahan kampanye kepada umum, pemasangan alat peraga kampanye di tempat umum, debat pasangan calon presiden dan wakil presiden, serta kampanye melalui media sosial.

Tiga pasangan capres dan cawapres yaitu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD sudah ancang-ancang mulai menarik simpatik masyarakat calon pemilih.

Di sisi lain, sejumlah hasil survei yang dilakukan berbagai lembaga survei nasional, baik itu yang dilakukan Indikator, Poltracking, LSI Denny JA, Charta Politica, Populi Center, maupun Indonesia Political Opinion kalau diperhatikan mengerucut pada satu pasangan capres-cawapres yang memilik elektabilitas tertinggi yaitu Prabowo-Gibran, disusul pasangan Ganjar-Mahfud dan Anies-Cak Imin.

Pertanyaannya apakah hasil-hasil survei tersebut menggambarkan realitas pemilih saat hari pencoblosan. Jelas dapat dipastikan belum tentu.

Sebab, responden yang menjadi target riset atau survei bisa jadi sangat berbeda. Apalagi, yang dilakukan lembaga-lembaga survei tersebut hanya menyasar sebagian kecil masyarakat Indonesia, yang hanya sekitar 1.500-2.000 responden, dengan sistem random sampling alias secara acak.

Penulis sebelumnya ingin menjelaskan apa yang dimaksud sistem random sampling yang kerapkali digunakan lembaga survei, termasuk di Indonesia.

Menurut pakar riset Fred N. Kerlinger dalam bukunya ‘Foundations of Behavioral Research’ menyebut Random sampling adalah metode sekaligus teknik mengambil sesuatu dari populasi dengan menggunakan cara tertentu. Metode ini bertujuan agar anggota semesta atau populasi memiliki kesempatan dan peluang untuk dipilih yang sama.

Metode ini disebut juga dengan sampel acak sederhana, Simple Random Sampling (Sampel Acak Sederhana) adalah teknik atau metode yang dipakai dalam pengambilan sampel secara acak berasal dari anggota populasi yang ada.

Teknik pengambilan sampel yang satu ini merupakan yang paling sederhana, dalam kata lain proses yang dilakukan untuk pengambilan sampel paling mudah.

Tingkat validasi dalam sampel random terbilang lebih tinggi. Hal ini karena ukuran sampel yang dimiliki cukup besar sehingga sampel acak sederhana dapat mewakili setiap karakteristik populasi menjadi lebih besar. Prosesnya bisa dilakukan jika jenis analisis dari penelitian mengarah pada deskriptif dengan sifatnya yang sederhana.

Penulis ingin memberikan pemahaman bahwa penelitian atau survei-survei dari lembaga survei di Indonesia, termasuk yang melakukan survei terkait pelaksanaan menjelang Pilpres 2024 dilakukan dengan shahih atau benar.

Partai pemenang 

Namun kembali lagi kepada hasil survei di atas, terlepas benar tidaknya atau relate atau tidaknya hasil survei dengan hasil Pilpres 2024, setidaknya pembaca sudah punya gambaran utuh. Yang pasti siapa yang menjadi pemenang dari Pilpres 2024 adalah penghitungan dari kertas suara oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan sejumlah perangkatnya.

Pertanyaannya, bagaimana fenomena yang terjadi jika salah satu dari peserta Pilpres sudah pasti dinyatakan menang. Bagaimana sikap capres-cawapres yang kalah? Apakah mereka akan merapat ke koalisi pemenang atau menjadi oposisi?

Jika dihitung dari jumlah kursi DPR saat ini, pasangan Anies-Cak Imin menguasai 163 kursi, Ganjar-Mahfud 147 kursi, dan Prabowo-Gibran 265 kursi. Jika Koalisi Anies-Cak Imin membentuk poros baru di parlemen bersama Koalisi Ganjar-Mahfud akan menghasilkan 310 kursi.

Bagaimana pun juga hal ini sangat menarik menjadi bahan diskusi atau studi analisis simulasi. Pertama, jika Prabowo-Gibran menang, koalisi yang akan merapat bisa dipastikan Koalisi Perubahan. Sementara Koalisi PDIP (PDIP, PPP, Hanura dan Perindo) dipastikan akan menjadi oposisi.

Jika Koalisi PDIP menang, maka dipastikan yang merapat Koalisi Indonesia Baru yaitu Prabowo-Gibran. Terlepas dari adanya rasa sakit hati dengan Jokowi dan keluarga. Yang pasti secara histori baik Prabowo maupun Jokowi memiliki kedekatan dengan Megawati. Sedangkan Koalisi Perubahan — Anies-Cak Imin dipastikan menjadi oposisi.

Nah itu kalau simulasi yang terjadi antar koalisi. Lalu bagaimana jika kongsi partai-partai dalam satu koalisi pecah. Dapat dipastikan pimpinan partai memiliki kebijakan sendiri.

Sebut saja jika Prabowo-Gibran menang, dapat dipastikan PDIP, PKS, dan NasDem akan menjadi partai oposisi di parlemen. Kalau pun PKS, NasDem dan Partai Ummat mengambil posisi aman merapa ke Prabowo-Gibran, penulis haqul yakin PDIP dipastikan akan menjadi oposisi.

Jika Koalisi PDIP yang menjadi pemenang dalam Pilpres 2024, PKS akan menjadi partai oposisi karena selama ini secara idiologi partai berbeda. Sebagai partai Islam, akan PKS lebih nyaman berada diluar pemerintahan seperti yang terjadi saat ini. Sementara partai-partai lainnya akan merapat ke PDIP.

Sementara kalau pasangan Anies-Cak Imin yang disebut-sebut sebagau pasangan representatif tokoh NU-Muhammadiyah, penulis pastikan PDIP akan menjadi partai oposisi. Sedangkan Hanura, PPP dan Perindo kemungkinan besar bergabung.

Begitu juga dengan Koalisi Indonesia Maju, partai-partai anggota KIM ini akan merapat ke Aneis-Cak Imin. Apalagi mereka tidak banyak bersinggungan dengan partai-partai Koalisi Perubahan yaitu PKS, PKB, NasDem dan Partai Ummat.*

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini