Beranda Berita Terkini Mahfud, Cak Imin, atau Prabowo Mampukah Merebut Suara Nahdliyin?

Mahfud, Cak Imin, atau Prabowo Mampukah Merebut Suara Nahdliyin?

Tiga Paslon Capres-Cawapres yang akan berlaga pada Pilpres 2024/foto: dok KPU

ftnews.co.id, Jakarta — Suara warga Nahdlatul Ulama (NU) atau nahdliyin selama ini memiliki kontribusi besar terhadap kemenangan calon presiden setiap gelaran pemilihan presiden (pilpres). Salah satunya andil suara terbesar di Jawa Timur karena mayoritas warga NU.

Tidak heran setiap siklus lima tahunan Pilpres, provinsi di timur Pulau Jawa ini menjadi perhatian khusus para calon kontestan Pilpres. Begitu juga Pilpres 2024.

Sejarah membuktikan saat pasangan Megawati Soekarnoputri-Hamzah Haz salah satu kemenangan ada andil suara yang cukup berarti. Tentu saja itu pilihan warga nahdliyin untuk Hamzah Haz yang notabene warga NU.

Begitu juga Soesilo Bambang Yudhoyono sebagai putra Pacitan-Jawa Timur yang berpasangan dengan Boediono (mantan Menteri Keuangan) dan Yusuf Kalla dari Golkar, menang dua periode, yang salah satu andil terbesar suara dari Jawa Timur.

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf tidak mengharamkan warga Nahdliyin untuk memilih partai sesuai pilihannya di Pemilu 2024. Di sisi lain, pandangan politik NU tetap kembali atau meneguhkan Khittah NU 1926 sebagai garis perjuangan yang memosisikan NU di luar politik praktis.

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ulil Abshar Abdalla atau Gus Ulil mengatakan, peta suara warga NU terhadap tiga pasangan calon presiden dan calon wakil presiden dalam survei terkini menyebar ke semua calon presiden. Tdak terarah ke kelompok atau calon tertentu saja.

Hal itu terbukti dengan hasil survei yang dilakukan Alvara Research Center pada 1-6 Oktober 2023 yang memotret pilihan politik warga NU jelang Pilpres 2024. Ternyata, pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar yang diusung PKB, partai yang selama ini dianggap sebagai representasi politik NU, tak banyak dipilih oleh kaum Nahdliyin.

Peneliti Senior Alvara Research Center Lilik Purwandi menjelaskan, terhadap pertanyaan apakah merasa dekat/terafiliasi dengan ormas NU. Hasilnya, 40,7 persen dari total responden mengaku terafiliasi dengan NU.

Mahfud ungguli Cak Imin 

Responden yang warga NU itu lantas diberikan pilihan tertutup tiga pasangan capres-cawapres. Hasilnya, 36,7 persen warga NU memilih pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Sedangkan 33,2 persen kaum Nahdliyyin memilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming. Adapun warga NU yang memilih pasangan Anies-Imin (Amin) hanya 13,8 persen. Selain itu, ada 13,8 persen yang belum menentukan pilihan.

Sementara itu, di survei LSI Denny JA pada 4-12 September 2023 menunjukkan bakal pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo-Gibran unggul di antara pemilih NU dengan persentase 44,6 persen, disusul Ganjar-Mahfud sebesar 36,5 persen.

Sedangkan Anies-Muhaimin yang cawapresnya adalah Ketua Umum PKB sekaligus keluarga besar NU justru berada di posisi ketiga dengan 15 persen.

Dari data hasil survei itu menguatkan argumen selama ini bahwa massa NU yang melebihi 50 persen warga bangsa itulah yang menjadi faktor penyebab maraknya perebutan massa NU pada setiap pilpres, pilgub, dan pemilihan calon anggota legislatif, baik DPR RI maupun DPRD I dan II.

Sedangkan perebutan massa NU itu sendiri terlihat kasat mata dari ikhtiar para petinggi parpol untuk menggaet tokoh-tokoh NU yang merepresentasikan dari Jatim.

Sebut saja untuk Pemilu 2024 ada nama-nama, seperti Mahfud MD, Khofifah Indar Parawansa, Muhaimin Iskandar, Yenny Wahid, dan sebagainya.

Dua dari nama tersebut yaitu Mahfud MD dan Muhaimin Iskandar maju menjadi calon wakil presiden Pilpres 2024. Mahfud cawapres Ganjar Pranowo dan Muhaimin Iskandar atau cak Imin cawapres Anies Baswedan.

PDIP vs PKB

Menurut survei, elektabilitas PDIP di antara warga Nahdliyyin mencapai 21,9 persen, bahkan partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu bisa meraup suara mengalahkan PKB yang dilahirkan NU.

Meski telah melahirkan PKB, pemilih NU menyebar ke banyak partai. PDIP dan Gerindra menempati posisi teratas. Elektabilitas Gerindra di warga Nahdliyyin mencapai 13,6 persen.

Selain itu, di bawah PKB juga masih ada Golkar yang menggaet suara warga NU hingga 11,2 persen. Jadi suara NU di Golkar hanya kalah 0,4 persen dengan PKB.

Fakta itu seakan membenarkan faktor sejarah adanya friksi di antara Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dengan pendiri PKB Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang diwariskan hingga sekarang, meski tidak menutup kemungkinan ada faktor penyebab lain.

Di sisi lain, survei Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang dilakukan selama September 2023 dan melibatkan 1.000 responden, menunjukan warga NU cenderung memilih Mahfud MD dengan persentase 19,5 persen. Sedangkan untuk Cak Imin sekitar 10,7 persen,” terang Pengamat Politik UMM Ruli Inayah Ramadhoan, Rabu (18/10/2023).

Peneliti Polling Institute, Kennedy Muslim. Menurutnya, capres dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) itu menjadi salah satu capres yang memiliki kedekatan hingga keakraban yang sangat kuat dengan para ulama NU.

Sementara Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA periode terbaru yang menunjukkan warga mayoritas warga nahdliyyin mendukung Prabowo–Gibran dengan perolehan 44,6 persen. Unggul dari Ganjar-Mahfud 36,5 persen dan Anies-Cak Imin 15 persen.

Dari paparan di atas masing-masing pasagan capres-cawapres memiliki elektabilitas potensial untuk merebut simpati warga nahdliyin di Pilpres sudah terang benderang. Tinggal menunggu bukti saat penghitungan suara akhir, siapa sebenarnya menjadi pemenangnya. Anies Baswedan, Prabowo atau Ganjar. Yang jelas siapa pun yang terpilih itulah putra terbaik bangsa.*

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini